Akademisi Undiksha nilai keberadaan sekolah inklusif mendesak

3 weeks ago 10
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Pemerintah juga perlu mempertimbangkan jumlah guru yang menangani proses pembelajaran inklusif di satu kelas

Buleleng, Bali (ANTARA) - Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali, Ketut Trika Adi Ana menilai keberadaan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif saat ini bukan lagi sekadar pilihan, tetapi sebuah kebutuhan mendesak.

"Sekolah seharusnya menjadi tempat belajar bagi semua anak usia sekolah, terlepas dari keterbatasan fisik, intelektual, sosial, maupun emosional yang dimilikinya. Di Indonesia, hal ini selaras dengan amanat Undang-undang Dasar bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara," kata Trika Adi Ana di Singaraja, Minggu.

Ia menilai wacana Kemendikdasmen untuk membuka peluang pelatihan bagi guru-guru untuk melaksanakan pendidikan inklusif, utamanya dalam melaksanakan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus merupakan suatu langkah strategis yang patut untuk didukung.

Pelaksanaan pelatihan guru-guru untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif yang berkualitas menjadi hal utama yang harus dilakukan.

Baca juga: Kemendikdasmen buka peluang latih guru bagi anak berkebutuhan khusus

Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan pendidikan inklusif memliki tingkat kompleksitas yang berbeda dengan pelaksanaan sekolah reguler yang hanya mendidik siswa mainstream.

"Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan khusus untuk melaksanakan pembelajaran yang tepat bagi anak-anak berkebutuhan khusus," kata dia.

Trika mengungkapkan, setidaknya terdapat lima pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki dalam melaksanakan kelas inklusif. Pertama, pengetahuan dan kemampuan dalam mendeteksi awal anak berkebutuhan khusus.

"Guru wajib memiliki pemahaman mengenai jenis-jenis kebutuhan khusus dan mampu melakukan screening awal untuk mengidentifikasi apakah seorang anak mengalami kebutuhan khusus tertentu. Secara spesifik, guru wajib mengetahui kelemahan dan sekaligus kekuatan yang dimiliki oleh anak-anak berkebutuhakn khusus," paparnya.

Baca juga: Mendikdasmen: Semua anak Indonesia adalah bintang dengan potensi besar

Kedua, kata dia, guru wajib mampu merancang pembelajaran berdiferesiasi yang didesain bagi anak berkebutuhan khusus dan mainstream sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Hal ini berarti bahwa, setiap hari guru wajib merancang materi, media, asesmen, serta strategi pembelajaran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan siswa, baik yang mainstream maupun yang berkebutuhan khusus.

"Untuk mampu melakukannya guru wajib memiliki kemampuan literasi yang baik, terutama membaca hasil-hasil penelitian terkini mengenai intervensi atau treatment yang telah terbukti mampu mengatasi permasalahan siswa berkebutuhan khusus," kata dia.

Ketiga, lanjut Trika yakni guru wajib mampu melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Keempat, pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan asesmen yang adil dan adaptif.

"Kelima, yang tidak kalah penting, adalah kemampuan menjalin komunikasi efektif dengan orang tua siswa, terutama yang anaknya berkebutuhan khusus, mengenai kondisi dan perkembangan anak, sehingga mereka ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar anak," ujarnya.

Baca juga: Mendikdasmen: HUT RI momentum perkuat bangun pendidikan inklusif

Mengingat banyaknya hal yang harus dirancang dan dikerjakan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, pelatihan bagi guru-guru saja tidaklah cukup. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan jumlah guru yang menangani proses pembelajaran inklusif di satu kelas.

Umumnya, dengan beban kerja pelaksanaan pendidikan inklusif yang tinggi, satu kelas inklusif ditangani oleh minimal dua orang guru yang terdiri dari guru utama dan asisten guru.

Keberadaan asisten guru sangat dibutuhkan dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran inklusif yang harus diselenggarakan dengan proses pembelajaran berdiferensiasi.

Menurut dia, anak-anak berkebutuhan khusus, akan sering membutuhkan perhatian khusus, sehingga jika hanya ditangani oleh satu orang guru, maka proses pembelajaran akan terhambat.

Bahkan, dalam situasi khusus, dimana dalam satu kelas terdapat anak berkebutuhan khusus yang senantiasa harus didampingi, maka tidak ditutup kemungkinan untuk menambah satu orang guru tambahan (shadow teacher).

Baca juga: Menag ingatkan bahaya nasionalisme eksklusif bisa lahirkan perpecahan

Pewarta: IMBA Purnomo/Rolandus Nampu
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article