Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, menanggapi pernyataan Menteri Sosial Saifullah Yusuf yang mengungkap sebanyak 49.431 penerima bantuan sosial (bansos) di Jawa Barat terindikasi bermain judi online (judol).
Menurutnya, persoalan ini tidak bisa hanya diantisipasi, melainkan perlu dilakukan evaluasi ulang secara menyeluruh terhadap penerima bansos di Provinsi Jabar.
“Sebenarnya bukan antisipasi. Saya sudah berulang-ulang agar dilakukan evaluasi ulang terhadap penerima bansos. Ketika yang menerima bansos main judol, berarti kan usianya usia produktif,” ujar Dedi ketika ditemui wartawan di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (22/8).
Dia menekankan bansos seharusnya diprioritaskan untuk kelompok masyarakat yang benar-benar tidak lagi produktif, seperti warga lanjut usia.
Dedi menyebut distribusi bansos yang tidak tepat sasaran dapat menimbulkan kecemburuan sosial di tengah masyarakat. Pasalnya, ada warga yang masih mampu secara ekonomi tetap menerima bansos, sementara warga lain yang sudah sepuh justru tidak terdata.
Untuk itu, ia mendorong dilakukan pendataan ulang penerima bansos di Jawa Barat dengan melibatkan masyarakat setempat agar data lebih akurat.
“Dilakukan secara bersama-sama dan kemudian tim pendatanya itu sebaiknya melibatkan masyarakat setempat, kan problem dari data kependudukan kita, data sensus kita ini, yang nyensus di tempat itu, itu dengan orang lain dari luar, sehingga seringkali dia tidak ngerti bagaimana posisi masyarakat itu,” jelasnya.
Bahkan, KDM mengusulkan agar penetapan masyarakat miskin dilakukan secara berjenjang melalui regulasi resmi di tingkat desa, kabupaten/kota, hingga provinsi.
Lebih lanjut, orang nomor satu di Jabar itu menyinggung soal pemanfaatan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) yang sempat disebut Presiden Prabowo. Menurutnya, basis data tersebut belum maksimal lantaran kondisi sosial-ekonomi masyarakat Indonesia memiliki kompleksitas tersendiri.
“Ya, kan Indonesia itu agak lain, jadi pertimbangannya jangan hanya pertimbangan intelektualitas, harus ada pertimbangan sosial dan pertimbangan psikologis. Kan yang gini-gini harus menjadi bahan pembicaraan kita,” kata pria yang akrab disebut KDM alias Kang Dedi Mulyadi itu.
Selain soal akurasi data, KDM menilai bansos juga sebaiknya tidak diberikan secara pasif. Ia pun mengusulkan agar penerima bansos diberi kegiatan produktif, seperti membantu mengelola lingkungan.
“Coba kasih tugas jadi tukang motong rumput di jalan, di desanya. Jadi tugas pengelola sampah. Diberi tugas untuk mengelola sampah organik, anorganik. Biar apa? Biar ada aktivitas, dia tidak menjadi orang yang diam,” ucapnya.
Menurutnya, aktivitas produktif justru akan berdampak baik pada kesehatan dan kualitas hidup penerima bansos, terutama yang sudah lanjut usia. “Kenapa orang sehat? Karena digerakkan, pikirannya terbebaskan karena aktivitas, ini penting ya,” imbuh KDM.