
Yanto Basna prihatin dengan situasi pesepak bola Papua saat ini. Menurut pemain kelahiran Sorong itu, bakat-bakat muda Papua kini seolah tertidur alias tidak mampu menunjukkan pendarnya secara maksimal di sepak bola Indonesia.
Yanto Basna melihat bahwa salah satu faktor yang membikin bakat-bakat Papua kini sedang kurang bertaji adalah kurangnya klub asal Papua karena sebagian telah dijual. Pemain muda menjadi kesulitan menemukan ruang untuk unjuk gigi karena pilihan lainnya adalah merantau ke luar Papua.
"Edward Ivakdalam [legenda Timnas Indonesia dan Persipura], beliau juga adalah pelatih saya di SSB di Jayapura, dan kami sepakat bahwa bakat-bakat Papua 5-10 tahun ke belakang bagus-bagus. Hanya sampai ke sini, agak sedikit, lagi tertidur," tutur bek yang sempat main di Liga Thailand itu kepada kumparan.
"Karena salah satu faktornya, banyak tim yang dijual juga, diakuisisi, karena kan tinggal [PSBS] Biak saja yang di Liga 1. Sedangkan di tahun-tahun sebelumnya, 10-15 tahun sebelumnya, ada beberapa tim dari Papua, dan di situ dipajang tempat di mana anak-anak Papua bisa menunjukkan kualitasnya. Itu di luar yang berkarier di luar daerah jauh dan sekitarnya," tambah Yanto Basna.

Pemain yang musim lalu masih bersama Persewar Waropen itu menganggap bahwa bakat alami sepak bola Papua selalu ada. Hanya, situasinya kini memang sulit terasah.
"Dan kalau untuk sekarang, kalau saya bilang bakatnya tetap ada, tetapi gairah tidak sama seperti dulu. Artinya, mungkin sekarang itu masih bisa dibilang tertidur. Jadi untuk euforia dan untuk kita, saya kalau melihat dari generasi sekarang, 2-3 tahun ke belakang ini, prestasi sepak bola di Papua agak sedikit menurun," ucap Yanto.
"Walaupun bakatnya ada, hanya agak sedikit menurun. Makanya mungkin dengan diharapkan, kalau Persipura muncul lagi, mungkin tim-tim Papua bisa termotivasi untuk ada tim Papua yang lain. Jadi ada wadah untuk anak-anak Papua ini bisa tempat untuk menunjukkan potensinya," tambah pemain 30 tahun itu.