
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saling melontarkan pujian setelah militer AS meluncurkan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan, Sabtu (21/6) waktu setempat.
Trump menyebut operasi tersebut sebagai keberhasilan militer dan mengeklaim semua pesawat AS telah meninggalkan wilayah udara Iran.
“Saya ingin berterima kasih dan memberi selamat kepada Perdana Menteri Bibi Netanyahu,” kata Trump dalam pidatonya dari Gedung Putih.
“Kami bekerja sebagai satu tim, seperti yang mungkin belum pernah dilakukan tim mana pun sebelumnya, dan kami telah berupaya keras untuk menghapus ancaman mengerikan ini terhadap Israel.”
Netanyahu, dalam pidato terpisah, menyebut langkah AS sebagai keputusan berani dan mengatakan serangan itu akan “mengubah sejarah.”
“Sejarah akan mencatat bahwa Presiden Trump bertindak untuk menyangkal rezim paling berbahaya di dunia, senjata paling berbahaya di dunia,” ujarnya, dikutip Reuters, Minggu (22/6).
Serangan dan Dampaknya

Trump menyatakan, fasilitas yang menjadi target telah “dihancurkan sepenuhnya” dan memperingatkan jika Iran tidak segera menghentikan program nuklirnya, serangan lanjutan akan lebih besar dan lebih cepat.
“Jika perdamaian tidak segera terwujud, kami akan mengejar target-target lainnya dengan presisi, kecepatan, dan keterampilan,” ujar Trump.
Ia juga menambahkan ada “banyak target yang tersisa”.
Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Dan Caine, dijadwalkan memberikan keterangan pers lanjutan pada Minggu pagi waktu Washington.
Respons Iran

Penasihat Ketua Parlemen Iran, Mahdi Mohammadi, serangan AS tidak menimbulkan kerusakan besar.
Menurutnya situs Fordow telah lama dievakuasi dan bahwa “pengetahuan tidak bisa dibom”.
“Dua hal yang pasti: Pertama, pengetahuan tidak dapat dibom, dan kedua, penjudi akan kalah kali ini,” tulis Mohammadi melalui media sosial, mengutip Al Jazeera.
PBB Peringatkan Bahaya Eskalasi

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan atas meningkatnya ketegangan.
Ia menyebut serangan AS sebagai “eskalasi berbahaya” dan memperingatkan bahwa konflik dapat berkembang menjadi situasi tak terkendali.
“Ada risiko yang semakin besar bahwa konflik ini dapat dengan cepat lepas kendali – dengan konsekuensi yang sangat buruk bagi warga sipil, kawasan, dan dunia,” kata Guterres melalui pernyataan resmi.
Ia mengajak seluruh negara anggota PBB untuk meredakan ketegangan dan kembali ke jalur diplomasi.