
Kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang diterapkan Presiden Donald Trump mendorong para pemimpin dunia untuk bernegosiasi. Sejauh ini, sudah ada dua pemimpin dunia yang terjadwal akan menemui Trump dalam waktu dekat.
Dikutip dari Reuters, Minggu (13/7), dalam waktu paling dekat yakni 20 sampai 22 Juli Presiden Filipina, Bongbong Marcos, sudah terjadwal untuk menemui Trump membahas tarif. Saat ini Filipina terancam tarif 20 persen yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025.
Selain Marcos, pada 21 Juli nanti pemimpin dunia yang sudah terjadwal untuk bertemu dengan Trump adalah Perdana Menteri (PM) Kanada Mark Carney. Nantinya pertemuan Carney dan Trump akan membahas soal kesepakatan dagang antara Kanada dengan AS.
Saat ini, Kanada terkena tarif 10 persen yang sudah berlaku untuk produk energi dan 25 persen untuk produk lain yang tidak tercakup dalam Perjanjian AS-Kanada-Meksiko.
Pada besok, Senin (14/7), momen penting juga akan terjadi yakni habisnya masa penundaan tarif balasn Uni Eropa terhadap tarif AS. Sebelumnya Uni Eropa melakukan penundaan sejak Senin (14/4) untuk memberi waktu dan ruang negosiasi.
Kini, kebijakan tarif Trump yang penuh lika-liku tersebut tak hanya mengguncang pasar keuangan global tapi juga membuat persepsi investor naik turun. Situasi tersebut diperkeruh dengan adanya tarif yang lebih tinggi bagi 14 negara untuk berbagai negara mulai dari negara pemasok besar seperti Jepang dan Korea Selatan hingga negara mitra dagang kecil yang berlaku mulai 1 Agustus nanti.
Selain itu, Trump juga sudah menyatakan akan menerapkan tarif 50 persen untuk tembaga impor dan produk asal Brasil. Pada 10 Juli lalu, Trump juga menyatakan akan mengenakan tarif 35 persen terhadap impor dari Kanada.
Jika sampai saat ini sudah ada dua pemimpin dunia yang terjadwal untuk bertemu dengan Trump, sebelumnya Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengatakan pemerintah Indonesia membuka kemungkinan Presiden Prabowo Subianto untuk melakukan negosiasi tarif impor langsung dengan Trump.
Indonesia akan dikenakan tarif 32 persen mulai 1 Agustus 2025, tertinggi ketiga di Asia Tenggara. Meski begitu, Prasetyo belum bisa memastikan kapan Prabowo akan terbang ke AS.
“Ada (kemungkinan Prabowo ikut ke AS) tapi saya belum bisa memastikan kapan,” tutur Prasetyo di Istana Negara, Jumat (11/7).
Selain itu, Prasetyo juga mengakui hingga kini pemerintah belum mengetahui apakah tim negosiator dari Indonesia bisa bertemu langsung dengan Presiden AS Donald Trump atau tidak. Ia memastikan saat ini tim negosiator yang dipimpin oleh Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto masih berada di AS untuk terus berupaya agar tarif impor yang dikenakan kepada Indonesia bisa turun.