
Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan akan kembali memberlakukan sanksi terhadap Rusia setelah negara itu meluncurkan serangan drone dan rudal semalaman.
Angkatan Udara Ukraina mengungkapkan, Rusia meluncurkan 539 drone dan 11 rudal, menjadikannya serangan terbesar Rusia selama invasi. Serangan itu dilakukan usai percakapan telepon antara Trump dan Putin.
Dikutip dari AFP, Sabtu (5/7), Trump mengatakan sangat tidak senang dengan pembicaraannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Dia ingin bertindak sejauh itu, terus membunuh orang, itu tidak baik," kata Trump.
Trump juga mengatakan menyinggung soal sanksi 'yang banyak' saat berbincang dengan Putin.
"Dia paham [sanksi] mungkin akan terjadi," kata Trump lagi.

Trump juga berbincang dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky lewat sambungan telepon. Zelensky mengungkapkan keduanya sepakat untuk memperkuat pertahanan Ukraina.
"Kami berbicara mengenai peluang pertahanan udara dan sepakat kami akan bekerja bersama untuk meningkatkan perlindungan [wilayah] udara kami," kata Zelensky di media sosial.
Serangan yang dilakukan Rusia setiap malam meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Serangan Rusia ke Ukraina pada Jumat (4/7) malam melukai setidaknya 3 orang di sejumlah wilayah di Ukraina Timur.
Warga Ukraina, Tymur, mengungkapkan serangan Rusia semalam berbeda dengan serangan-serangan sebelumnya. Warga lainnya, Yuliia Golovnina, mengatakan dia sering berlindung di stasiun metro dan khawatir mendengar suara ledakan selama serangan.
"Apakah akan ada serangan berikutnya? Apakah sesuatu akan roboh menimpa anda? Dalam hitungan detik, anda hanya menahan nafas dan menunggu apa yang akan terjadi berikutnya," kata Golovnina.
Sementara itu, Rusia menyatakan menginginkan mencapai tujuan invasi lewat cara politik dan diplomatik.
"Tapi selama hal itu tidak memungkinkan, kami akan melanjutkan operasi khusus," kata juru bicara pemerintah, Dmitry Peskov.