
MAYORITAS warga Filipina masih tidak percaya Tiongkok dan menganggapnya sebagai ancaman terbesar bagi negara, menurut survei nasional Tugon ng Masa terbaru yang dirilis Senin (25/8) oleh OCTA Research.
Jajak pendapat yang berlangsung pada 12-17 Juli tersebut menemukan 85% warga dewasa Filipina tidak percaya Tiongkok, sementara hanya 15% yang mengatakan Filipina seharusnya mempercayai ‘Negeri Tirai Bambu’.
Tingkat ketidakpercayaan tertinggi tercatat di Metro Manila dan Luzon Tengah sebesar 88%, dan terendah di Visayas sebesar 77%.
Di beberapa wilayah — termasuk Mimaropa, Bicol, Visayas Barat, dan Caraga — responden melaporkan ketidakpercayaan 100%. Mimaropa merupakan akronim dari provinsi-provinsinya: Mindoro (Occidental dan Oriental), Marinduque, Romblon, dan Palawan.
Ketika ditanya negara mana yang menjadi ancaman terbesar bagi Filipina, 74% warga Filipina menjawab Tiongkok, jauh melampaui Rusia dan Korea Utara yang masing-masing hanya 4%.
Alasan utama tingginya ketidakpercayaan tersebut adalah tindakan agresif Tiongkok di Laut Filipina Barat (66 persen) - istilah resmi pemerintah Filipina untuk bagian timur Laut China Selatan yang berada dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina.
Kemudian diikuti oleh faktor kekhawatiran tentang barang-barang selundupan Tiongkok yang merugikan industri lokal (13%), meningkatnya kasus kriminal yang melibatkan warga Tiongkok (9%), dan persaingan kerja dari pekerja Tiongkok (8%).
Pada saat yang sama, 76% responden sangat mendukung pembelaan hak maritim Filipina di Laut Filipina Barat dan mendukung upaya pemerintah untuk menegaskan kedaulatan di sana. Hanya 3% yang tidak setuju, sementara 19% masih ragu-ragu. Dukungan terkuat berada di Metro Manila dan Mindanao, keduanya sebesar 86%.
Survei ini menyurvei 1.200 orang dewasa Filipina di seluruh negeri melalui wawancara tatap muka. Survei ini memiliki margin kesalahan ±3 persen pada tingkat kepercayaan 95%. (Manila Times/B-3)