
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat perusahaan kelas kakap, seperti Chevron dan Shell mulai menyisir lapangan migas dengan potensi besar di Indonesia.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan Chevron sudah mulai meminta data dan kemungkinan akan ikut bergabung di lapangan migas yang sudah pasti potensinya besar.
"Chevron lagi lihat-lihat, Chevron itu dia lihat, mau cari lapang-lapang yang besar dan kalau bisa join dari lapangan yang sudah discovery yang besar-besar," ungkap Djoko di sela-sela konferensi pers kinerja semester I 2025, dikutip pada Selasa (22/7).
Selain Chevron, Djoko menyebutkan Shell juga sudah mulai meminta data kepada SKK Migas. "Tentunya KKKS itu adalah minta buka open room ke pemerintah melalui SKK. Di luar Chevron, Shell sama lain-lain. Total nanti ada," jelas Djoko.
Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Rikky Rahmat Firdaus, menjelaskan Chevron saat ini belum masuk dalam Migas Data Repository (MDR). Ia mengatakan perusahaan cenderung berhati-hati dalam rencana investasinya di Indonesia
"Kita melihat bahwa antar KKKS itu saling bicara juga, saling ngobrol karena untuk kegiatan-kegiatan dengan investasi besar kan harus berbagi resiko," ujar Rikky.

Rikky menyebutkan wilayah yang masih memiliki potensi besar yakni Laut Andaman, wilayah Jawa Timur, bagian utara Bali, dan wilayah lain yang statusnya masih terbuka (open area).
"Jadi opportunity KKKS besar untuk masuk untuk laut dalam daerah itu menjadi terbuka, ini implikasi dari keberhasilan kita melaksanakan pemenuhan komitmen kerja pasti di open area, datanya mencukupi, KKKS tertarik, KKKS merasa perlu mendalami hasil open area seismik sebelumnya," tutur Rikky.
Selain Chevron, Rikky menuturkan Shell bahkan sudah menunjukkan ketertarikan berinvestasi kembali di Indonesia dengan membeli data melalui MDR senilai USD 30.000.
"Ini dibuktikan dengan Shell membeli data melalui MDR. Jadi dia yang ikutan juga beli USD 30.000 itu sudah memasukkan ke negara untuk melihat-lihat opportunity. Kami ingin mematangkan agar Shell juga bisa berbagi resiko dan nyaman untuk kembali ada di Indonesia," ungkap Rikky.
Adapun industri hulu migas Indonesia saat ini kembali diminati perusahaan raksasa (super major company), seperti Shell, Chevron, hingga TotalEnergies, yang sebelumnya hengkang melepaskan portofolionya di Tanah Air.
Chevron sebelumnya memiliki beberapa portofolio jumbo di hulu migas di Indonesia, mulai dari Blok Rokan yang sudah diambil alih PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sejak tahun 2018, hingga proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) pada tahun 2020 yang kini dikelola perusahaan migas asal Italia, ENI.
Sementara itu, Shell memutuskan untuk melepaskan 35 persen hak partisipasi di Blok Masela. Saat itu, Shell bermitra dengan migas asal Jepang, Inpex Corporation, yang merupakan pemegang hak partisipasi terbesar. Hak partisipasi Shell resmi diambil Pertamina dan Petronas pada tahun 2023.
Kemudian TotalEnergies sempat berinvestasi di hulu migas Indonesia, salah satunya di Blok Mahakam yang saat ini digarap PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Perusahaan asal Prancis itu hengkang dari Blok Mahakam pada tahun 2018.
Saat ini, baru investasi TotalEnergies yang konkret. Perusahaan resmi bergabung dengan Petronas dalam konsorsium Wilayah Kerja (WK) atau Blok Bobara yang terletak di Provinsi Papua Barat.