Roehana Koeddoes: Pionir Jurnalisme dan Emansipasi Perempuan Indonesia

4 hours ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Image Khairunnisa

Edukasi | 2025-09-08 02:09:07

Sumber: wikipedia

Bicara tentang emansipasi perempuan, nama Kartini biasanya menjadi yang paling pertama teringat. Namun, tahukah kita bahwa jauh sebelum Kartini menuliskan gagasannya pada tahun 1899, ada sosok perempuan Minangkabau yang sudah lebih dahulu bergerak? Dialah Roehana Koeddoes, seorang pelopor pendidikan sekaligus jurnalisme perempuan yang memulai perjuangannya sejak tahun 1892, bahkan ketika usianya baru delapan tahun.

Masa Kecil dan Awal Perjuangan

Pada awal abad ke-19, kaum perempuan di banyak negara masih berada dalam kegelapan harapan, mulai dari diperlakukan tidak adil, terkungkung oleh aturan yang ditafsirkan secara sempit dan fanatik, sampai termarjinalkan dari berbagai aspek. Di negeri Melajoe, hampir 99% perempuan, baik dewasa maupun anak-anak, masih buta huruf.

Dalam kondisi itu, Roehana kecil muncul sebagai pengecualian. Meski tidak pernah mengenyam pendidikan formal, ia mendapat dukungan dari sang ayah yang berlangganan buku, majalah, dan surat kabar. Ayahnya mengajarkan dasar-dasar abjad, yang kemudian ia kembangkan dengan membaca keras-keras di depan teman-temannya. Roehana sering membacakan buku cerita dengan lantang agar anak-anak lain penasaran dan ikut belajar. Pada usia delapan tahun, ia sudah dikenal sebagai “guru kecil” bagi teman sebayanya. Tentu saja hal ini dianggap ganjil pada masa itu, bahkan kerap mengundang cemoohan karena membaca dan menulis masih tabu bagi anak perempuan.

Lingkungan yang Membentuk

Sejak usia enam tahun, Roehana ikut ayahnya yang bertugas di Alahan Panjang. Di sana, ia bertetangga dengan Lebi Rajo Nan Soetan dan istrinya, Ibu Adiesa. Pasangan ini, yang belum memiliki anak, begitu menyayangi Roehana. Hampir setiap hari Roehana bermain di rumah mereka dan dari situlah ia mendapat banyak pelajaran berharga.

Selama dua tahun, Ibu Adiesa dan suaminya membimbing Roehana membaca dan menulis, sekaligus mengajarkan berbagai keterampilan seperti menjahit dan merajut. Dari tangan mungil Roehana lahirlah karya-karya indah, mulai dari taplak meja, kaus kaki, hingga topi. Semua pengalaman itu memperkaya bekal hidupnya di kemudian hari.

Perjuangan dalam Pendidikan dan Jurnalisme

Roehana kelak dikenal sebagai jurnalis sekaligus wartawati perempuan pertama di Indonesia yang berasal dari Ranah Minang. Namun, jalan perjuangannya penuh ujian. Ibunya meninggal ketika ia berusia 13 tahun, meninggalkan duka mendalam. Meski demikian, semangatnya untuk memajukan perempuan tidak surut.

Ia mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang bersama perempuan lainnya. Namun, perjalanan sekolah itu tidak selalu mulus. Roehana pernah difitnah melakukan korupsi dalam pembangunan sekolah, meski pada akhirnya tuduhan itu tidak terbukti. Lebih menyakitkan lagi, sebagian muridnya ikut terhasut oleh orang-orang yang tidak menyukainya dan turut mencemarkan nama baiknya.

Walau begitu, Roehana tetap teguh. Kedekatannya dengan Belanda ia gunakan bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan demi memajukan pendidikan dan keterampilan perempuan di kampungnya. Setelah menghadapi fitnah tersebut, ia memutuskan pindah ke Bukittinggi dan mendirikan Roehana School. Sekolah itu berkembang pesat, sementara Amai Setia justru stagnan. Saat itulah masyarakat menyadari betapa pentingnya kehadiran Roehana. Ketika ia kembali ke Koto Gadang, ia disambut dengan hangat, terlebih setelah terbukti tidak bersalah.

Lebih Dahulu dari Kartini

Jika Kartini dikenal memulai perjuangannya pada tahun 1899, Roehana sejatinya telah lebih dulu memulai sejak 1892. Pada usia delapan tahun, ia sudah menjadi guru kecil bagi teman-teman sebayanya. Hal ini menegaskan bahwa perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia tidak hanya ditandai oleh satu nama, tetapi juga oleh sosok-sosok lain yang kiprahnya tidak kalah penting.

Pengakuan resmi baru datang kemudian. Pada 8 November 2019, Roehana Koeddoes akhirnya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, sebuah penghargaan yang layak bagi perjuangan panjangnya.

Warisan Pemikiran

Roehana pernah berpesan:

“Kemajuan zaman tidak akan pernah membuat kaum perempuan menyamai kaum laki-laki. Perempuan tetap perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang berubah, perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik, tidak untuk ditakut-takuti, dibodoh-bodohi, apalagi dianiaya.”

Pesan itu menjadi warisan berharga bagi perempuan Indonesia. Roehana menunjukkan bahwa meski perempuan dan laki-laki memiliki kodrat berbeda, perempuan tetap berhak memperoleh pendidikan, kesempatan, dan perlakuan yang adil. Semangatnya tetap hidup hingga kini, menginspirasi kita untuk terus melanjutkan perjuangan emansipasi di berbagai bidang.

Referensi: Buku Biografi Roehana Koeddoes (Perempuan Menguak Dunia) – Fitriyanti Dahlia (206 hal)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article