
FESTIVAL Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, secara resmi dibuka Senin (8/9), namun rangkaian kegiatan telah dimulai sejak Sabtu (6/9). Ratusan stand telah memenuh ruas-ruas jalan di kawasan peninggalan masa kolonial tersebut.
Pemantauan Media Indonesia, Minggu (7/9), kawasan Kota Lama Semarang tampak semarak. Ribuan pengunjung sejak pagi terus berdatangan dan jalan-jalan di kawasan peninggalan masa kolonial sudah dipenuhi stand pameran UMKM yang menjual berbagai barang produksi terutama aneka kuliner.
Para pengunjung tidak hanya dimanjakan oleh keindahan bangunan lama yang masih kokoh dan tampak indah, melainkan juga menikmati berbagai produk UMKM serta berbagai hidangan kuliner dari berbagai daerah di Nusantara. "Dari tadi malam sudah cukup ramai pengunjung datang," ujar Wudarti,50, pemilik salah satu stand kuliner khas Semarang.
Hal itu juga dibenarkan Angga,34, warga Jakarta yang khusus datang untuk mengikuti kegiatan Festival Kota Lama Semarang ini, bahkan sudah datang sejak beberapa hari sebelumnya karena tertarik untuk mengikuti rangkaian kegiatan ini. "Saya menginap di hotel sekitar sini, tadi malam datang sudah ramai, sangat menarik dan meriah," imbuhnya.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti mengatakan Festival Kota Lama Semarang berlangsung 6-14 September 2025 tahun ini dengan tema “Color of Unity”, yakni mengusung semangat persatuan dalam keberagaman melalui seni, budaya, musik, kuliner hingga pertunjukan internasional yang akan kembali menghidupkan kawasan Kota Lama.
Meskipun secara resmi baru dibuka Senin (8/9), lanjut Agustina Wilujeng Pramestuti, rangkaian kegiatan sudah dimulai Sabtu (6/9), diharapkan akan berlangsung lebih semarak dan berkesan dibanding tahun-tahun sebelumnya, karena selalu menjadi momen seru yang dinanti setiap tahun. "Saya yakin tahun ini acaranya makin lengkap dan meriah," tambahnya.
Festival Kota Lama ini berlangsung 11-14 September, ungkap Agustina, menghadirkan Pasar Sentiling Kuliner Nostalgia di Parkir Metro Point menyajikan kuliner legendaris dari Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Aceh, Makassar hingga Pontianak dengan mengusung konsep akulturasi empat entitas budaya Kota Semarang yakni Belanda, Tiongkok, Melayu dan Khoja.
"Pasar ini mengajak masyarakat bernostalgia sambil mendukung pelestarian kuliner tradisional," ujar Agustina Wilujeng Pramestuti.
Selain itu, lanjut Agustina Wilujeng Pramestuti, pertunjukan orkestradi Gereja Blenduk dengan kubah megah berarsitektur Eropa abad ke-18, menghadirkan harmoni musik klasik modern berpadu tata cahaya dalam nuansa bangunan bersejarah, menjadi sebuah pertunjukan menarik yang bakal dinantikan pengunjung akan memberikan pengalaman mendengarkan musik klasik
Menurut Agustina Wilujeng Pramestuti akan semakin semarak akan hadirnya musik Jazz Kota Lama di Laroka Theater menghadirkan musisi nasional seperti Soegiband dan musisi Parradice dari Belanda dilanjutkan Fiesta Folklore Nusantara di Plataran Marba Jalan Letjen Suprapto yang menampilkan parade kesenian dari Korea, Jepang, Yogyakarta, Minang, Bugis, Kudus, hingga Reog Ponorogo.
Pengunjung Festival Kota Lama Semarang, ungkap Agustina, juga dimanjakan dengan dua pameran yakni Pikat Wastra Nusantara dan Royal Hanbok Exhibitio di Gedung Oudetrap dan puncak perayaan Minggu (14/9) akan digelar dengan menghadirkan Wayang on The Street di Jalan Letjen Suprapto dengan lakon Sang Pinilih yang dipadukan parade cosplay, flashmob, serta lomba kostum memperebutkan Piala Wali Kota Semarang. (E-2)