
PEMERINTAH Kota Bandung berharap Bandara Husein Sastranegara kembali menjadi pintu gerbang internasional. Pasalnya, keberadaan bandara internasional akan memperkuat ekosistem industri dirgantara sekaligus sektor pariwisata Bandung.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan hal itu dalam Seminar Nasional Menggali Nilai-Nilai Kedirgantaraan Kota Bandung di Auditorium BJ Habibie, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Bandung, pada Senin (11/8).
Dia mengingatkan, pada 2019 sebelum pandemi, jumlah penumpang di Bandara Husein mencapai 3,8 juta orang per tahun, dengan 1 juta penumpang berasal dari Malaysia dan Singapura.
“Hal itu harus diulang, karena memberi darah bagi wilayah ini sebagai Transit Oriented Development (TOD). Presiden Prabowo sudah menegaskan, perkembangan ekonomi nasional harus punya akses langsung ke bandara,” ungkapnya.
Menurut Farhan, fungsi awal Bandara Husein bukan hanya untuk penerbangan komersial, tetapi juga untuk air power dan pengembangan industri. Setelah krisis moneter, fungsi industri agak diabaikan padahal ini aset strategis.
“Sebelum pesawat mendarat, yang terlihat penumpang adalah atap PTDI. Kita harus pastikan itu menjadi pemandangan yang membanggakan, bukan kuburan,” tegasnya.
Dia juga mengaitkan rencana pengaktifan bandara dengan armada pesawat buatan PTDI seperti N219 untuk rute pendek Bandung–Tasikmalaya, Bandung–Pangandaran atau Bandung–Cirebon. Pesawat kecil ini akan memberi efisiensi dan nilai sosial yang besar.
"Saya bermimpi perjalanan dinas jadi jauh lebih efektif. Revitalisasi Bandara Husein harus terintegrasi dengan strategi pengembangan SDM dan teknologi. Kita ingin orang datang ke Bandung bukan hanya untuk membeli pesawat, tapi juga memahami industri dirgantara yang kita miliki," sambungnya.
Farhan menyebut Pemkot Bandung bersama PT DI sepakat memantapkan citra Bandung sebagai kota industri dirgantara nasional. Salah satu wujud kolaborasi tersebut adalah wahana edutainment di PT DI bagi pelajar yang akan diresmikan pada 13 Agustus mendatang.
Wahana ini sudah diuji coba selama setahun terakhir. “Nantinya akan menjadi ruang edukasi dan hiburan bagi anak-anak sekolah untuk mengenal teknologi dan industri kedirgantaraan,” ujarnya.
Sementara itu Pakar Dirgantara, Ilham Akbar Habibie menjelaskan, kemajuan industri membutuhkan sinergi pendidikan dan lapangan kerja.
"Kalau kita mau maju, orang yang terdidik harus bisa bekerja di industri dengan nilai tambah tinggi. Industri dirgantara adalah contoh terbaik, dari desain, produksi, hingga layanan purna jual kita buat sendiri," bebernya.
Sementara itu, Rektor ITB Tatacipta Dirgantara menambahkan, Bandung memiliki triple helix lengkap yakni pemerintah, industri dan akademisi yang menjadi modal besar pengembangan Kota Dirgantara.
"Program Studi Teknik Dirgantara ITB satu-satunya di perguruan tinggi negeri di Indonesia. Kami terus menyiapkan SDM dan teknologi untuk menopang industri ini," ucapnya.