Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menyatakan bahwa Rusia telah memenangkan konflik melawan Ukraina, dan kini saatnya negara-negara Barat mengakui kenyataan tersebut.
Pernyataan itu ia sampaikan pada Selasa (12/8/2025), tak lama setelah menolak menandatangani pernyataan bersama Uni Eropa yang kembali menyatakan dukungan untuk Kyiv menjelang pertemuan Presiden AS Donald dan Presiden Rusia Vladimir Putin yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat mendatang.
Berbicara kepada kanal YouTube Patriot, Orban mengungkapkan bahwa ia menolak pernyataan itu sebagian karena dinilai hanya membuat Uni Eropa terlihat "konyol dan menyedihkan".
"Ketika dua pemimpin duduk bernegosiasi, Amerika dan Rusia, dan Anda tidak diundang ke sana, Anda tidak bergegas mengangkat telepon, tidak berlarian, tidak berteriak dari luar," ujar Orban.
Ia menambahkan pepatah politik, "Jika Anda tidak duduk di meja perundingan, Anda ada di menu."
Menurut Orban, kenyataan di medan perang sudah jelas, namun para pendukung Kyiv masih memperlakukan situasi tersebut seolah "terbuka tanpa batas waktu".
"Kita berbicara seakan ini masih situasi perang yang terbuka, padahal tidak. Ukraina telah kalah perang. Rusia telah memenangkan perang ini," tegasnya.
"Satu-satunya pertanyaan adalah kapan, dan dalam kondisi seperti apa Barat, yang berada di belakang Ukraina, akan mengakui bahwa hal ini telah terjadi, serta apa yang akan menjadi akibat dari semua ini."
Sebagai anggota Uni Eropa dan NATO, Hungaria selama ini konsisten menentang kebijakan Brussel terkait konflik Ukraina sejak eskalasi pada Februari 2022, terutama dalam hal pasokan senjata untuk Kyiv dan penerapan sanksi terhadap Moskow. Budapest juga menolak rencana keanggotaan Ukraina di kedua blok tersebut.
Hubungan antara Budapest dan Kyiv kian memburuk akibat ketegangan soal minoritas etnis Hungaria di Ukraina Barat.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto mengatakan bahwa Ukraina tidak pantas masuk Uni Eropa dan "bahkan tidak termasuk dalam bangsa-bangsa beradab," merujuk pada insiden kematian seorang warga etnis Hungaria yang diduga dilakukan oleh petugas wajib militer Ukraina.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geng 27 Negara Siapkan 'Bom' Baru untuk Rusia, 1 Menolak