Neneng Rosidiyana di Temu Rakyat Sumatra, Bahas Perlawanan Petani & Perempuan

6 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Neneng, Asfinawati, Neni dalam Podcast Temu Rakyat Sumatra, Minggu (7/9) | Foto : Taufik H/Lampung Geh

Lampung Geh, Bandar Lampung - Neneng Rosdiyana, seorang petani yang melakukan sesuatu yang tidak biasa, sehingga membuatnya viral di media sosial Facebook dengan sebutan Nenengisme menghadiri Temu Rakyat Sumatra di Lampung Timur, pada Minggu (7/9). Tidak hanya Neneng, turut hadir pula sejumlah aktivis hak asasi manusia, Asfinawati, yang pernah menjabat sebagai Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Heni Buryati, anggota Serikat Petani Lampung (SPL); serta Lastri, sekretaris Kelompok Wanita Tani (KWT) Mentari. Mereka ikut dalam podcast tersebut. Dalam pembicaraannya, Asfinawati mengatakan bahwa persoalan rakyat nyaris tidak pernah berubah. Ketidakadilan datang terus berganti, mulai dari harga kebutuhan pokok yang melonjak, biaya pendidikan yang mahal, sementara subsidi dan perlindungan negara minim. Asfinawati menilai, situasi itu mendorong lahirnya keberagaman bentuk perlawanan rakyat. “Kini yang melawan sangat beragam. Ada ibu rumah tangga, sopir angkot, pemusik jalanan, bahkan anak-anak muda yang menjadi paramedis aksi atau paralegal jalanan. Ini adalah harapan baru Indonesia,” ujarnya. Menurutnya, Temu Rakyat Sumatra menjadi ruang penting karena mempertemukan berbagai kelompok dengan masalah serupa maupun berbeda, sehingga dapat saling menguatkan. “Kalau kita mau menangkan Indonesia, kita menangkan dulu daerah kita sendiri. Bagian dari kemenangan Pulau Sumatra adalah bagian penting dari Indonesia,” jelasnya. Neneng menceritakan awal mula ia terdorong melakukan perlawanan di media sosial (Facebook), sehingga terbentuk suatu komunitas. Awalnya, hanya membantu suami di ladang, namun kemudian terdorong membentuk KWT bernama Mentari untuk memberdayakan perempuan. “Kami bisa berdikari, membantu perekonomian keluarga. Dukanya, lahan masih sewa, bibit dan pupuk terbatas. Tapi semangat gotong royong membuat kelompok wanita tani tetap hidup,” jelasnya. Aktivitas Neneng di media sosial yang kerap pemikiran Marxis dan Sosialis membuat publik menyebutnya dengan Nenengisme. Neneng mengaku terkejut dengan viralnya dirinya di sosial media fecbook. “Saya sebenarnya masih belajar. Tapi komentar-komentar teman di Facebook justru membuka pikiran saya bahwa kita tidak boleh egois, harus bersuara,” ujarnya. Bagi Neneng, perjuangan KWT Mentari bukan sekadar teori, melainkan kerja nyata seperti menanam, mencangkul, hingga panen raya. “Pangan kita berasal dari lahan, bukan dari gedung perkantoran. Selama petani menanam, harapan masih ada,” tuturnya. Tidak hanya itu, Heni Buryati dari Desa Sripendowo, Lampung Timur, juga menyoroti kondisi petani yang haknya sering dirampas mafia tanah. “Kami disebut vokal karena berani melawan ketidakadilan. Petani selalu dijadikan suara saat pemilu, tapi hak dirampas. Kami, perempuan, ikut aksi, ikut demo, bersuara demi merebut kembali ruang hidup,” ujarnya. Heni mengatakan, beban akibat perampasan lahan justru lebih berat ditanggung oleh perempuan. “Kalau ruang hidup dirampas, penderitaan itu jatuh ke ibu-ibu. Anak bisa kelaparan, pendidikan terhenti, dan masa depan hancur. Karena itu perempuan tidak boleh hanya diam, tapi harus berdikari,” ujarnya. Sama seperti Neneng, Lastri sebagai sekretaris KWT Mentari menceritakan awal terbentuknya kelompok KWT. bersama keluarga dan warga setempat berinisiatif mendirikan kelompok karena banyak perempuan tidak punya akses kebun. “Kami ingin ibu-ibu tidak hanya bergantung pada suami. Dengan berkebun, sayur-mayur bisa dipetik sendiri, bahkan sebagian dijual. Kendala utama kami adalah lahan. Sering kali harus menyewa, karena lahan garapan terbatas,” ujarnya. Dalam podcast itu juga menyinggung persoalan pertemuan gerakan desa dan kota. Asfinawati menilai pentingnya kesadaran bersama. “Kalau petani di seluruh Indonesia bisa bersatu, mereka bisa menandingi kekuatan ritel besar. Hasil panen bisa dikelola melalui koperasi, sehingga keuntungan kembali ke petani, bukan ke pemodal besar,” ujarnya. (Taufik/Ansa)

Read Entire Article