
PARA ilmuwan mungkin telah menemukan misteri di balik evolusi kemampuan manusia untuk berjalan tegak dengan dua kaki. Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Nature, mengungkapkan dua langkah evolusi penting dalam perkembangan panggul yang membedakan manusia dari mamalia lainnya.
Semua vertebrata memiliki panggul, tetapi hanya manusia yang menggunakannya untuk berjalan tegak. Proses evolusi ini, yang dimulai sekitar lima juta tahun lalu, memungkinkan manusia purba untuk berjalan dengan dua kaki dan melahirkan bayi dengan otak besar.
Untuk memahami bagaimana hal itu terjadi, para peneliti membandingkan perkembangan embrio panggul manusia dengan mamalia lain, termasuk kera, tikus, dan simpanse.
"Panggul manusia sangat berbeda dengan apa yang Anda lihat pada simpanse dan gorila, jadi kami ingin mencoba memahami apa yang terjadi di sana," kata Terence Capellini, seorang ahli genetika perkembangan di Universitas Harvard.
Dua Langkah Kunci
Studi ini mengidentifikasi dua tahapan penting yang membuat panggul manusia berevolusi menjadi bentuk seperti mangkuk yang lebar, ideal untuk berjalan tegak:
1. Pergeseran Tulang Rawan
Sekitar tujuh minggu kehamilan, batang tulang rawan yang menjadi cikal bakal tulang panggul (ilium) mulai terbentuk. Pada manusia, lempeng pertumbuhan tulang rawan ini segera berputar 90 derajat, sebuah proses yang tidak terjadi pada primata lain. Pergeseran ini pada akhirnya membuat panggul menjadi pendek dan lebar.
2. Penundaan Pengerasan Tulang
Tahap unik kedua terjadi lebih lambat dalam perkembangan. Tulang rawan ilium pada manusia baru mulai mengeras dan digantikan oleh sel-sel tulang sekitar 24 minggu kehamilan, jauh lebih lambat dibandingkan primata lainnya. Penundaan ini memberi waktu bagi tulang rawan untuk mempertahankan bentuk panggul yang sempurna selama pertumbuhannya.
Peran Gen dan Implikasi Lebih Lanjut
Selain menemukan perbedaan struktural, penelitian ini juga mengidentifikasi serangkaian gen yang mengendalikan perkembangan panggul. Gen-gen ini berperan penting dalam memberikan sinyal molekuler untuk pertumbuhan tulang rawan dan pembentukan tulang.
Daniel Schmitt, seorang antropolog biologi di Duke University, menyebut penelitian ini luar biasa karena "mengungkap mekanisme yang memungkinkan perubahan bentuk [tulang] yang belum pernah kita ketahui sebelumnya."
Temuan ini tidak hanya memberikan pemahaman baru tentang evolusi manusia modern, tetapi juga membuka jalan untuk mempelajari bagaimana gen-gen ini memengaruhi pertumbuhan kerangka pada hominin purba, seperti Denisova. (Nature/Z-2)