Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebut, Indonesia masih terus kekurangan dokter spesialis hingga kini. Sejumlah permasalahan pun membuntuti hal tersebut.
"Ini summary-nya. Total dokter spesialis yang kita butuhkan 10 tahun ke depan adalah 70 ribu. 70 ribu," kata Menkes di acara 'Program Akselerasi Peningkatan Akses dan Mutu Pendidikan Tenaga Medis untuk Percepatan Perwujudan Asta Cita: Strategi Kemitraan Sistem Kesehatan Akademik', Selasa (22/7).
Ia menambahkan, dalam setahun, Indonesia melahirkan sekitar 2.700 dokter spesialis. Jadi, perjalanan untuk mencapai kebutuhan 70 ribu dokter spesialis masih panjang.
"Untuk pantauan kita bersama, setahun kita produksi 2.700. Jadi kalau kita bagi 70 ribu dengan 2.700, itu sekitar 26 tahun. Bapak Ibu, kita sebentar lagi mau ulang tahun ke 80. Gap-nya 80. Kita kejar gap-nya, sampai ulang tahun ke 100, mungkin belum terpenuhi itu gap kita," kata Budi.
"Kalau kita bekerja dengan speed yang sekarang. Ini yang kita sampaikan ke Bapak Presiden. Sampai kita ulang merdeka yang 100 tahun pun, kita akan kekurangan dokter spesialis. Kita akan kekurangan dokter spesialis."
Kata Budi, kekurangan ini bisa menjadi polemik yang sangat rumit. Sebab, bisa berujung kematian yang makin banyak.
"Dan kekurangan ini menyebabkan kematian lebih dari 1 juta masyarakat Indonesia, rakyatnya apalagi, setiap tahun. Apakah, bagaimana kita mempertanggungjawabkannya di akhirat nanti," tuturnya.
Selain soal jumlah, terkait dokter spesialis juga masih punya masalah lain. Yakni soal distribusi yang tak merata.
"Nah, masalah yang kedua, distribusinya tidak merata. Jadi di buku ini, ini ada distribusi per kabupaten kota," ujarnya.
Budi mencontohkan, dari 38 provinsi, hanya 4 yang sudah memenuhi kuota untuk dokter spesialis penyakit jantung dan paru (SPJP). Ini menurutnya krusial.
"Jumlah posisi SPJP yang tersedia, itu artinya memenuhi. Yang memenuhi paling cuma 3 provinsi yang hijau tua, 4 atau 3 provinsi. Kita punya masalah yang sangat besar dari sisi distribusi. Tapi bukan berarti masalah kita hanya di distribusi," tuturnya.
"Masalah kita yang paling besar, kenapa kita tidak bisa mendistribusi? Karena jumlah dokter kita kurang. Baik Pak, dan sudah 80 tahun kita bekerja, masih kurang. Indonesia Merdeka, kita harus lebih cepat lagi supaya 100 tahun Indonesia Merdeka, jangan kurang terus," ujar Menkes.
Bagi Menkes, beasiswa LPDP pun saat ini tak bisa menjadi andalan satu-satunya.
"Ini adalah set LPDP yang dikeluarkan itu harusnya ada angka totalnya sekitar Rp 1 miliar atau 80 pendidikan dokter spesialis. Diambil oleh beasiswa LPDP. Jadi kalau 70 ribu, itu Rp 70 triliun," katanya
"It...