Peluh keringat tampak membasahi wajah Rahmiyati. Sambil menenteng siternya, wanita kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu menghibur satu per satu muda-mudi di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
Ya, Rahmiyati adalah pengamen siter, alat musik petik salah satu instrumen gamelan. Uang receh yang didapat dari petikan siternya menjadi satu-satunya cara wanita 49 tahun itu melanjutkan hidup.
"Iya kita cuma ngamen, hidup dari sini aja," kata Rahmayati saat ditemui, Selasa (2/9) dini hari.
Rahmiyati ikut merantau ke Ibu Kota bersama orang tua sejak sebelum sekolah. Saat masih belia, kondisi ekonomi keluarga yang tak lagi mumpuni membuatnya terpaksa mengamen.
"Udah puluhan tahun ngamen. Ada lah dari umur 19 tahun," ungkapnya.
Keahliannya bermain siter didapat dari orang tuanya. Hal tersebut pun ia manfaatkan sebaik mungkin.
Dengan mengenakan kebaya dan kain jarik khas Jawa, Rahmiyati mesti berangkat dari rumahnya di Bekasi ke Blok M setiap malamnya menggunakan bajaj. Dia bertahan hingga larut malam dengan keuntungan yang tak menentu. Mengais uang receh untuk dapat bertahan hidup.
"Sampai jam 2 kadang, kalau lihat tamunya sih. Kalau malam Minggu sampai pagi," kata ibu beranak tiga itu.
Belakangan ini, pendapatan Rahmiyati pun tengah menurun drastis. Kemarin, ia hanya membawa pulang Rp 32 ribu. Uang itu dipakainya untuk menghidupi anak-anaknya.
"Ya keluar ngamen, kalau enggak keluar ya kita nggak makan. Makanya saya dari Bekasi juga dibela-belain keluar, kalau enggak keluar nanti anaknya nggak makan semua," ucapnya sambil mengusap keringat di dahi.
Kadang Rahmiyati sambil ditemani siternya hanya bisa termenung meratapi keadaan. Namun tak banyak hal yang bisa ia lakukan selain menghibur muda-mudi.
Dia pun hanya punya satu permintaan untuk pemerintah saat ini, "ya harapannya mungkin kepinginan rakyat didengerin aja." tukasnya.