PENGELOLA Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Mitra Mandiri meminta maaf atas insiden keracunan yang diduga akibat menu makan bergizi gratis yang menimpa ratusan siswa sekolah di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah pada Senin, 11 Agustus 2025.
Penanggung jawab SPPG Mitra Mandiri Gemolong Arifudin Setiawan menyebut insiden itu sebagai musibah yang tidak ada unsur kesengajaan di dalamnya.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Ia menuturkan, SPPG tersebut mulai beroperasi sejak 17 Februari 2025. Selama beroperasi, dalam melaksanakan pendistribusian makan bergizi gratis selalu dilakukan evaluasi dari berbagai sisi, mulai dari tim, perseorangannya, juga person yang melaksanakan program ini.
"Tetapi tetap saja segala yang kami upayakan masih ada mungkin keteledoran dari tim kami sehingga menyebabkan kemarin ada musibah yang terjadi di anak-anak penerima manfaat wilayah Gemolong tersebut. Atas kejadian itu, saya selaku penanggung jawab di SPPG ini meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada anak-anak dan juga keluarganya," ujar Arifudin ketika ditemui wartawan di Sragen, Rabu, 13 Agustus 2025.
Saat mendapatkan informasi tentang keracunan yang dialami para siswa dan guru pada Selasa, 12 Agustus 2025, Arifudin mengatakan timnya juga baru mengetahui menu MBG yang diduga bermasalah adalah yang didistribusikan sehari sebelumnya. Menu itu berupa nasi kuning, telur suwir, kering tempe, salad timun, buah apel, dan susu kemasan.
Menu tersebut, menurut Arifudin, adalah salah satu menu favorit anak-anak dan sudah sering disajikan. Adapun untuk penyebab keracunan, ia mengatakan pihaknya juga belum mengetahuinya. "Penyebabnya kami belum tahu, apakah di nasi, telur, atau tempe. Sampel sudah dibawa Dinas Kesehatan untuk diuji di laboratorium Semarang," katanya.
Atas instruksi Bupati Sragen Sigit Pamungkas, pendistribusian makan bergizi gratis dari SPPG tersebut dihentikan selama dua hari. Terkait hal itu, Arifudin mengatakan pihaknya bahkan berencana baru memulai lagi pendistribusian makan gratis itu pada Selasa, 19 Agustus 2025.
Ia menjelaskan hal itu karena insiden keracunan massal itu tidak hanya memukul para korban, tetapi juga tim Dapur SPPG Mitra Mandiri. Ia mengungkapkan ada sekitar 50 karyawannya yang sangat terpukul dan merasa bersalah. Dimulainya kembali operasional SPPG pada Selasa pekan depan dengan mempertimbangkan mental para karyawan. "Mereka menyalahkan diri sendiri. Kami butuh waktu untuk menata hati dan kesiapan lagi," ujarnya.
Lebih lanjut Arifudin mengatakan untuk operasional SPPG telah menerapkan SOP, termasuk untuk kebersihan dapur yang berjalan 24 jam, mulai dari pemisahan bahan baku, proses memasak, hingga pencucian alat. Namun, ia tidak menampik perlunya evaluasi lebih lanjut. Ia berjanji akan segera memperbaiki sistem jika hasil laboratorium sudah keluar. "Kami akan datang ke sekolah-sekolah untuk klarifikasi dan permintaan maaf," katanya.
Ke depan jika sudah diketahui penyebab pasti kasus keracunan massal itu, ia memastikan akan melakukan perbaikan-perbaikan.
Sebelumnya diketahui sebanyak 251 orang menjadi korban keracunan seusai menyantap makan bergizi gratis di sekolah. Kepala Puskesmas Gemolong, Agus Pranoto Budi Susilo mengemukakan data korban yang mengalami gejala keracunan di antaranya berupa mual-mual, pusing, muntah, dan diare per Senin pukul 16.50 WIB sebanyak 251 orang.
Jumlah itu berasal dari sejumlah sekolah, SD dan SMP di wilayah Gemolong, di antaranya berasal dari SMPN 1 Gemolong, SMPN 2 Gemolong. SMPN 3 Gemolong atau SBI, SDN 4 Gemolong, dan SDN 3 Gemolong.