
ISRAEL menyatakan akan meningkatkan serangan udara di Gaza pada Senin (8/9) sebagai bentuk badai dahsyat. Peringatan ini disebut sebagai kesempatan terakhir bagi Hamas untuk membebaskan semua sandera dan menyerah sebelum wilayah kantong tersebut dihancurkan.
Warga melaporkan pasukan Israel menggempur Kota Gaza dari udara, sekaligus meledakkan kendaraan lapis baja tua di jalan. Sementara itu, Hamas mengatakan sedang meninjau proposal gencatan senjata terbaru yang disampaikan Amerika Serikat (AS) disertai peringatan dari Presiden Donald Trump bahwa itu menjadi kesempatan terakhir bagi kelompok tersebut.
"Badai dahsyat akan menghantam langit Kota Gaza hari ini, dan atap menara-menara teror akan berguncang," tulis Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz di X seperti dikutip Arab News, Selasa (9/9).
Serangan dan Korban Jiwa
Pernyataan Katz disampaikan sebelum terjadi penembakan di halte bus Yerusalem yang menewaskan enam orang, termasuk seorang warga Spanyol. Hamas memuji aksi tersebut.
Di Gaza, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengebom blok 12 lantai di pusat kota yang menampung puluhan keluarga pengungsi. IDF mengeklaim gedung itu digunakan militan Hamas untuk menyimpan perangkat intelijen dan merencanakan serangan.
Menurut pejabat medis, setidaknya 40 orang tewas pada Senin (8/9), termasuk jurnalis Palestina Osama Balousha. Data otoritas setempat mencatat hampir 250 jurnalis gugur sejak perang dimulai, menjadikannya konflik paling mematikan bagi insan media.
Proposal Gencatan Senjata
Seorang pejabat senior Israel menyebutkan proposal terbaru AS menuntut Hamas mengembalikan semua 48 sandera, baik hidup maupun meninggal, pada hari pertama gencatan senjata. Setelah itu, negosiasi akan dilanjutkan untuk mengakhiri perang.
Hamas menegaskan ingin menahan sebagian sandera hingga perundingan tuntas, dengan syarat adanya pengumuman jelas mengenai berakhirnya perang dan penarikan penuh pasukan Israel.
Presiden Trump sebelumnya mengisyaratkan kesepakatan dapat segera tercapai untuk membebaskan seluruh sandera. Pemerintah Israel disebut sedang mempertimbangkan usulan itu, meski belum memberi rincian lebih lanjut.
Krisis Kemanusiaan
Sejak operasi besar Israel bulan lalu, berbagai distrik di Kota Gaza kembali porak-poranda. Serangan darat dan udara menghantam Sheikh Radwan, Zeitoun dan Tuffah, bahkan menghancurkan rumah-rumah warga dengan ledakan kendaraan berisi bahan peledak.
Data Kementerian Kesehatan Gaza menyebut lebih dari 64.000 warga Palestina tewas sejak perang pecah pada 2023.
Dalam 24 jam terakhir, enam orang, termasuk dua anak, meninggal akibat malnutrisi dan kelaparan, sehingga total korban karena kondisi tersebut mencapai 393 jiwa.
Israel tetap menolak tudingan bahwa pihaknya menjadi penyebab krisis pangan dan menyatakan laporan kematian akibat kelaparan dilebih-lebihkan.
Upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik terus menemui jalan buntu. Israel menuntut Hamas menyerahkan semua sandera dan meletakkan senjata, sementara Hamas menolak mundur sebelum Palestina memiliki negara merdeka. (Fer/I-1)