Salah satu hotel ikonik di Singapura secara resmi akan menutup pintunya, setelah lebih dari lima dekade menjadi bagian dari sejarah pariwisata Negeri Singa. Hotel Miramar Singapore, yang berdiri sejak 1971 di Havelock Road, akan menghentikan operasionalnya pada akhir Oktober 2025.
Dilansir NDTV, dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan pada Jumat (29/8), pihak manajemen hotel menyebut keputusan tersebut diambil setelah "evaluasi menyeluruh terhadap prospek bisnis jangka panjang".
Penutupan ini akan berdampak pada kurang lebih 108 karyawan, namun manajemen serikat pekerja Food, Drinks, and Allied Workers Union (FDAWU) memastikan seluruh pekerja akan mendapat kompensasi yang adil, termasuk penghargaan khusus bagi pegawai yang telah bekerja sejak lama.
Meski berstatus kontrak, Chen Jin Feng (69), staf housekeeping yang telah mengabdi selama 52 tahun sejak usia 17 tahun, akan menerima pesangon setara 52 bulan gaji. Ia mengaku terharu atas penghargaan tersebut, mengenang bagaimana tiga generasi pemilik hotel memperlakukan karyawan layaknya keluarga.
Didirikan pada masa awal kebangkitan pariwisata internasional Singapura, Hotel Miramar sempat menjadi lokasi populer untuk pernikahan, acara korporat, hingga momen-momen penting dalam kehidupan masyarakat. Pada masa jayanya di era 1970 hingga 1980-an, hotel ini berkontribusi memperkuat citra Singapura sebagai destinasi global.
Persaingan Industri Hotel yang Semakin Ketat
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, persaingan ketat dari hotel-hotel baru dan meningkatnya biaya operasional semakin menekan keberlanjutan bisnis.
"Sejak pandemi COVID-19, banyak hal berubah. Dulu di era 70-an dan 80-an, bisnis sangat bagus. Sekarang, butuh usaha lebih keras hanya untuk menarik tamu masuk," ujar Ivan Lim, Director of Operations Hotel Miramar, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Meski akan menutup pintunya, Hotel Miramar meninggalkan warisan emosional bagi karyawan dan tamu yang pernah merasakan keramahan khasnya.
Bagi banyak warga Singapura, hotel ini bukan sekadar tempat menginap, melainkan saksi bisu perkembangan kota dari pelabuhan perdagangan menjadi pusat wisata dunia.