REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buang air merupakan salah satu rutinitas biologis manusia yang tak bisa terelakkan. Islam memberikan adab dan panduan untuk buang air, tak terkecuali ketika buang air kecil.
Di antara tuntunan itu, adalah anjuran buang air kecil dalam kondisi duduk. Meski dalam riwayat lain Rasulullah SAW membolehkan kencing dengan berdiri.
Dalil tentang dibolehkannya kencing sambil berdiri ini merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Dikatakan, bahwa suatu hari Rasulullah saw datang ke sebuah kaum, lalu beliau kencing sambil berdiri.
Akan tetapi, lebih afdal (utama) jika kencing dilakukan sambil jongkok atau duduk. Sebagaimana dijelaskan oleh Aisyah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi. Sang ummul mukminin mengatakan:
“Barang siapa yang berkata bahwa Rasulullah kencing dengan berdiri, maka jangan kalian benarkan. Rasulullah tidak pernah kencing berdiri kecuali dengan duduk.”
Buang air kecil yang benar adalah dengan jongkok. Hal ini berkaitan dengan sejumlah manfaat kesehatan.
Misalnya, membantu mengosongkan kandung kemih secara lebih tuntas serta mengurangi risiko infeksi saluran kemih. Posisi jongkok membantu otot punggung dan pinggul menjadi lebih rileks, memungkinkan aliran urine lebih lancar dan mencegah sisa urine tertinggal.
Selain buang air kecil, buang air besar pun harus dilakukan dengan jongkok. Buang air besar dengan posisi jongkok dapat lebih efektif dan lebih cepat.
Tak hanya itu, kata dia, guna menyehatkan tubuh dan pencernaan maka masyarakat disarankan memperbanyak makanan berserat yang berasal dari buah-buahan dan sayur.