
Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki membuat desa-desa di radius aman berubah mencekam, Selasa (17/6). Demi keselamatan, warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Desa Pululera dan Desa Waiula, Kecamatan Wulanggitang, yang radiusnya di atas tujuh kilometer dari Lewotobi Laki-laki, dilanda hujan kerikil dan pasir. Saat terjadi letusan, terdapat sambaran petir disertai gemuruh panjang.
Khawatir akan terjadi letusan susulan, warga Waiula memutuskan pergi ke Desa Riang Baring, Kecamatan Ile Bura.
Jarak Desa Riang Baring cukup aman, namun wilayah itu berada dalam zona terkunci lantaran tidak ada jalur evakuasi alternatif jika terjadi eskalasi letusan.
Desa Pululera, tempat berkantor POS PGA Lewotobi Laki-laki, juga tak luput dari material pasir.
Kepala Desa Pululera, Paulus Sony Sang Tukan, meminta warganya segera mengosongkan kampung dan mengungsi ke Desa Nileknoheng.
"Warga sudah mengungsi, tinggal kami satu dua orang saja. Tadi ada yang berkumpul di gereja, lalu evakuasi secara mandiri dengan motor dan mobil," ujarnya.

Ia menuturkan, persediaan masker sisa bantuan saat awal bencana November 2024 sudah habis. Saat ini, kadar abu masih tebal. Dia khawatir kelompok rentan dengan bawaan gangguan pernapasan akan kambuh.
"Kami kekurangan masker, semoga ada bantuan segera," harapnya.
Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, melaporkan tinggi letusan gunung mencapai 10 kilometer di atas puncak.
"Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 47.3 mm dan durasi sementara ini ± 6 menit 53 detik," kata petugas PGA Lewotobi Laki-laki.
Status gunung tipe strato volkano itu akhirnya dinaikan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas). Warga diminta agar tidak melakukan apapun dalam radius 7 kilometer dan sektoral barat daya-timur laut 8 kilometer.
