Beijing (ANTARA) - Asisten Menteri Luar Negeri China Hong Lei menyebut Tiongkok akan menyambut dengan hangat kedatangan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un untuk menghadiri parade militer Perang Rakyat China Melawan Agresi Jepang pada 3 September 2025.
"China dan Korea Utara adalah negara tetangga yang bersahabat secara tradisional, terhubung oleh pegunungan dan sungai. Kami dengan hangat menyambut kedatangan Sekretaris Jenderal Kim Jong-un ke China untuk menghadiri acara peringatan tersebut," kata Hong Lei dalam konferensi pers di Beijing pada Kamis.
Selain Kim Jong-un, akan hadir juga Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Raja Raja Kamboja Norodom Sihamoni, Presiden Vietnam To Lam, Presiden Laos Thongloun Sisoulith, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim serta para kepala pemerintahan dan negara lainnya. Total ada 26 pemimpin yang diundang pemerintah China untuk menghadiri acara tersebut.
"Tahun ini menandai peringatan 80 tahun kemenangan Perang Perlawanan Rakyat China Melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia, serta peringatan 80 tahun pembebasan tanah air Korea. Selama masa perang yang sulit, rakyat China dan Korea Utara saling mendukung untuk melawan agresi Jepang dan memberikan kontribusi penting bagi kemenangan perang anti-fasis dunia," ucap Hong Lei.
Hong Lei menyebut pemerintah China dengan tegas mempertahankan, mengonsolidasikan dan meningkatkan hubungan China dan Korea Utara.
"China bersedia untuk terus bekerja sama dengan Korea dalam upaya memperkuat pertukaran dan kerja sama serta mempromosikan pembangunan sosialis, bekerja sama erat dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional, menjaga keadilan dan kesetaraan internasional, dan terus menulis babak baru dalam persahabatan lama antara China dan Korea Utara," ujar Hong Lei.
Parade militer tersebut, ungkap Hong Lei, ditujukan untuk memperlihatkan China bertekad untu menempuh jalur pembangunan damai."Tekad kuat kami untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah, serta kemampuan kuat kami untuk menjaga perdamaian dan ketenangan dunia," tambahnya.
Setelah berdirinya Republik Rakyat China pada 1949, China, kata Hong Lei, tidak pernah berinisiatif untuk memulai perang, memasuki wilayah negara lain, terlibat dalam proxy war, serta menjadi satu-satunya negara besar yang mencantumkan jalur pembangunan damai dalam konstitusinya sekaligus menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB dengan jumlah pasukan penjaga perdamaian terbanyak.
"Peningkatan kekuatan China akan memberikan lebih banyak energi positif untuk memajukan perdamaian dunia. Sejauh mana pun China berkembang, China tidak akan pernah mendominasi, berekspansi atau terlibat dalam perlombaan senjata, dan akan dengan teguh menjadi kekuatan untuk perdamaian, stabilitas, dan kemajuan dunia," ungkap Hong Lei.
Parade militer disebut akan menampilkan serangkaian persenjataan generasi baru, seperti tank dan pesawat generasi keempat, peralatan nirawak intelijen dan penangkal nirawak, serta rudal canggih termasuk rudal antikapal hipersonik. Sebagian besar persenjataan itu akan tampil perdana di depan publik.
Semua persenjataan yang akan ditampilkan adalah buatan dalam negeri dan sudah aktif digunakan. Selain itu, parade akan menampilkan berbagai jenis peralatan canggih seperti perlengkapan hipersonik, sistem pertahanan anti-rudal udara dan rudal strategis untuk menunjukkan kemampuan China dalam penangkalan.
Baca juga: Beijing: perjanjian Rusia-Korut adalah urusan dua negara berdaulat
Baca juga: Kim Jong-un berjanji mengembangkan hubungan persahabatan dengan China
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.