REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ProChile, badan promosi ekspor Chile di bawah Kementerian Luar Negeri, menggelar Chile-Indonesia Trade Engagement Seminar di Hotel Fairmont Jakarta, Senin (8/9). Forum bertajuk Unlocking Opportunities & Building Synergies ini mempertemukan pejabat tinggi dan pelaku usaha untuk mengeksplorasi potensi kolaborasi baru serta menegaskan pentingnya kepercayaan, kualitas, dan inovasi dalam diplomasi ekonomi.
Delegasi Chile dipimpin Wakil Menteri Hubungan Ekonomi Internasional Claudia Sanhueza bersama General Director ProChile Ignacio Fernández dan Duta Besar Chile untuk Indonesia Mario Artaza. Mereka didampingi sejumlah pemimpin bisnis asal Amerika Latin, khususnya dari sektor agrifood dan seafood. Dari pihak Indonesia hadir Wakil Menteri Perdagangan Republik Indonesia Dyah Roro Esti Widya Putri dan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Fajarini Puntodewi.
Claudia Sanhueza, dalam ajang tersebut, menekankan pentingnya membangun kemitraan perdagangan yang inklusif dan berkelanjutan. “Dialog ini merupakan platform strategis untuk menyelaraskan prioritas ekonomi dan mendorong model perdagangan yang mengedepankan diversifikasi, keberlanjutan, inovasi, serta manfaat bersama,” ujarnya.
Ignacio Fernández menambahkan, memperkuat perdagangan dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, merupakan prioritas utama Chile. “Upaya ini sejalan dengan diversifikasi pasar ekspor kami, terutama untuk produk pangan sehat, wine berkualitas, hingga sektor jasa dan teknologi. Hubungan dengan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang,” jelasnya.
Sementara itu, Dubes Mario Artaza menegaskan diplomasi Chile berfokus membangun jembatan antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Forum ini, menurutnya, menjadi bukti nyata dari visi bersama memperdalam kerja sama dan mendorong pertumbuhan.
Dari Indonesia, Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Retno menyoroti pentingnya melanjutkan kerja sama perdagangan kedua negara yang telah terjalin sejak Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) diberlakukan pada 2017 dan disempurnakan pada 2018–2019.
“Pada 2025 kami berupaya menyempurnakan lagi hal-hal yang bisa ditambahkan, misalnya dukungan bagi pengusaha perempuan. Seperti yang sudah saya bicarakan dengan Wamen Esmeralda, perempuan wajib mendukung sesama perempuan,” kata Dyah.
Beliau juga menyebut ada banyak sektor yang bisa dikerjasamakan, termasuk energi dan mineral. “Kami berharap kerja sama ini terus meningkat dengan kolaborasi di berbagai bidang yang saling menguntungkan,” ujarnya.
Selain forum kebijakan, seminar juga menampilkan sektor unggulan Chile seperti Fruits from Chile dan Chile Mussels (AMICHILE), yang dikenal dengan standar keberlanjutan serta rantai dingin yang mumpuni. Hal ini sekaligus merespons meningkatnya minat pasar Indonesia terhadap produk pangan sehat, transparan, dan berkualitas premium.
Dengan nilai ekspor Chile ke Indonesia yang pada paruh pertama 2025 baru mencapai sekitar 35 juta dolar AS, kedua negara melihat peluang besar untuk memperdalam perdagangan bilateral. Seminar ini pun dipandang sebagai tonggak penting menuju integrasi ekonomi yang lebih erat sekaligus kemakmuran bersama di masa depan.