Cerita Warga Rekeningnya Diblokir PPATK: Tak Bisa Bayar Operasi-Usaha Terganggu

Ilustrasi Buku Rekening Bank. Foto: Shutterstock

Sejumlah warga mengaku kaget ketika rekening mereka tiba-tiba diblokir Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Pemblokiran ini menimpa rekening-rekening yang dianggap tidak aktif atau dormant dalam kurun 3 hingga 12 bulan.

Akibatnya, dana yang selama ini disimpan untuk kebutuhan darurat justru tak bisa diakses saat benar-benar dibutuhkan. Kondisi itu dialami Theo yang rekeningnya diblokir di saat genting.

Theo menceritakan tiba-tiba saja merasakan sakit perut hebat yang semakin lama semakin tak tertahankan. Setelah diperiksa, dokter memutuskan Theo harus segera menjalani operasi usus buntu. Tanpa banyak pilihan, Theo akhirnya mengikuti tindakan medis tersebut.

“Aku habis operasi usus buntu. Enggak ada angin, enggak ada hujan tiba-tiba aja sakitnya muncul, makin lama makin nggak tahan, sampai akhirnya dokter bilang harus segera dioperasi,” ujar Theo kepada kumparan, Kamis (31/7).

Theo mengaku sempat tenang sebelum menjalani operasi itu karena sudah menyiapkan dana darurat. Namun, saat ingin menggunakan tabungan itu, rekeningnya justru tidak bisa diakses.

“Waktu aku coba akses tabungan itu, ternyata rekeningnya diblokir PPATK. Rasanya campur aduk, bingung, panik, marah, capek,” kata Theo.

Tabungan yang jarang Theo sentuh selama sekitar setahun terakhir itu memang disisihkan perlahan demi kebutuhan mendesak. Karena rekeningnya diblokir, dana untuk kebutuhan pemulihan Theo dibantu oleh kedua orangtuanya lebih dulu.

“Aku enggak pernah nyangka dana darurat bisa jadi sebegitu tidak daruratnya. Di sisi lain, biaya rumah sakit terus berjalan, dan aku pun masih dalam masa pemulihan pascaoperasi,” ungkap Theo.

"Ini akhirnya buat bayar dicover mama papa dulu. Kadang hidup tuh lucu ya, pemerintahnya apalagi lucu banget," tambahnya.

Ilustrasi Buku Rekening Bank. Foto: Shutterstock

Cerita serupa datang dari Gina, warga yang sudah lima tahun tinggal di Malaysia. Ia mengaku baru menyadari rekening Bank BTPN Jenius miliknya ikut diblokir setelah menerima email dari bank.

“(Rekening) Nganggur banget karena aku sejak tinggal di Malaysia enggak pernah keluarin apa-apa dari rekening. Sengaja didiemin saja kalau perlu. Terus dapet email deh,” ungkap Gina kepada kumparan, Kamis (31/7).

Gina mengingat terakhir kali memasukkan uang ke rekening itu sekitar tiga hingga empat tahun lalu. Sejak saat itu, ia memang sengaja tidak pernah masuk ke layanan Jenius karena menganggapnya sebagai tempat menyimpan dana cadangan yang hanya akan digunakan jika benar-benar perlu.

Uang yang ada di dalam rekening tersebut diperkirakan sekitar Rp 3-5 juta. Beruntung baginya, rekening itu bukan sumber utama karena untuk kebutuhan di Indonesia dia lebih banyak menggunakan rekening BCA.

"Jadi aku belum hubungi bank dan jujur karena menurutku ini rempong banget, akan aku biarkan aja kecuali kalau perlu aja. Aku rada deg degan yang BCA sebenernya, karena transaksi keluar hampir ga ada. Aku ga ada mbanking BCA juga jadi harus dicek nanti," jelas Gina.

Dampak pemblokiran juga dirasakan pelaku usaha. Anggi, pemilik perusahaan, mendapati rekening giro perusahaannya tak bisa dipakai untuk transaksi.

“Tahu pertama kali waktu mau keluarin giro dan gagal, ternyata kata bank rekeningnya di blokir PPATK,” ujar Anggi kepada kumparan, Kamis (31/7).

Untuk membuka blokir, Anggi diminta datang langsung ke bank dan mengisi formulir klarifikasi terkait aktivitas rekening. Kata dia, prosesnya tidak terlalu rumit, tetapi sudah lebih dari seminggu blokir tersebut belum juga dilepas.

Pihak bank kembali menghubunginya dan memintanya datang lagi agar proses percepatan bisa dilakukan. Anggi menjelaskan rekening itu dipakai untuk pembayaran ke supplier dan penerimaan uang dari customer. Ia mengaku pemblokiran membuat arus kas terganggu.

“Harapannya jangan pukul rata semua rekening dormant itu sama dengan rekening fraud. Kalau memang tujuannya mau blokir rekening-rekening yang bener-bener fraud, kalau ada laporan ya langsung ditindak, ditelurusi sampai ke akarnya, bentuk tim khusus. Jangan yang memang warga baik-baik kena imbasnya,” tutur Anggi.

Ilustrasi kantor PPATK. Foto: Shutterstock

PPATK mengambil kebijakan pemblokiran rekening nganggur itu dengan dalih banyak yang digunakan untuk jual beli ilegal hingga tindak pidana pencucian uang, sesuai UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Nasabah yang rekeningnya terkena penghentian sementara oleh PPATK dapat mengajukan keberatan dengan mengisi formulir melalui tautan resmi yang disediakan: bit.ly/FormHenSem.

Setelah itu, nasabah diminta menunggu proses verifikasi dan pendalaman oleh PPATK dan pihak bank. Proses ini membutuhkan waktu sekitar lima hari kerja, tetapi bisa diperpanjang hingga total 20 hari kerja jika data yang diberikan perlu dilengkapi.

Status rekening dapat dicek secara mandiri melalui ATM, mobile banking, atau dengan menghubungi langsung pihak bank terkait.