
Hujan deras berjam-jam yang mengguyur Jakarta pada Minggu (6/7) siang hingga petang membuat kawasan Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, kembali terendam banjir.
Bagi Sanusi (58), Ketua RT 013 RW 04, banjir kali ini seperti mengulang mimpi buruk yang terus menghantui wilayahnya sejak beberapa tahun terakhir.
“Harapan kita semua di sini, janji gubernur cepat realisasi aja sih. Udah jenuh juga, kita bosan dengan banjir ini karena kalau kita hitung-hitung dari tahun 2020, makin kemari makin banyak banjir ,” kata Sanusi saat ditemui di lokasi, Senin (7/7).
Sanusi menyebut, banjir mulai menggenangi rumah warga sejak Minggu (6/7) pukul 15.00 WIB. Air terus naik hingga puncaknya pada pukul 20.00 WIB, dengan ketinggian mencapai 2 meter.
“Dan sampai saat ini sisanya tinggal 50 cm aja sih,” ujar Sanusi.
Banjir Makin Parah Sejak 2020

Menurut Sanusi, frekuensi banjir di wilayahnya memang sering terjadi sejak 2020. Jika dulu banjir hanya datang setahun sekali, kini hampir setiap bulan warga harus berjibaku dengan genangan air.
“Dulu kan paling setahun sekali, lima tahun sekali. Kadang yang bulan puasa kemarin itu banjir lima tahunan. Setiap kemari ada lagi, di Juni kemarin aja dua kali kita banjir, cuma banjirnya kecil, 50 cm,” jelasnya.
Sanusi mengaku sebagian warga sempat dievakuasi, terutama lansia dan anak-anak. Saat banjir besar melanda, mereka mengungsi ke gedung SD Kampung Melayu.

“Sebagian beberapa orang aja sih, terutama lansia dan balita itu udah ngungsi semua. Tinggal sisa-sisanya tuh di lantai 2 begitu banjir udah besar, baru evakuasi ke gedung SD itu,” tuturnya.
Sementara itu, untuk bantuan logistik, warga sudah menerima roti, air mineral, dan nasi boks dari PMI serta Pemprov DKI. “Kalau kemarin tuh dari PMI kita dapet roti dan air mineral. Malamnya nasi boks. Nah tadi tuh kita dapet dari Pemprov, nasi boks juga,” ucap Sanusi.
Berharap Normalisasi Sungai Dipercepat

Sanusi menilai banjir di wilayahnya tak lepas dari luapan Kali Ciliwung dan kiriman air dari Bogor. Hujan lokal di Jakarta saja, menurut dia, tidak sampai menyebabkan banjir.
“Enggak, 2 hari 3 hari hujan di sini gak banjir. Kalau (hujan) di Jakarta ya? Enggak gak banjir, itu kiriman ,” katanya.
Ia berharap janji normalisasi Kali Ciliwung bisa segera terealisasi agar banjir tak lagi menjadi langganan warga.
“Salah satunya itu sih. Karena kita kan masih menunggu juga dari janji-janji gubernur sebelumnya. Sehingga saat ini Pak Pramono pun menjanjikan, kita tunggu aja sih,” ucap Sanusi.
Senada dengan Sanusi, Lurah Bidara Cina, Jakarta Timur, Suhartono, menegaskan pentingnya percepatan normalisasi Kali Ciliwung.

“Sebenarnya dari Kelurahan Bidara Cina berharap untuk program dari Pemprov DKI Jakarta, yaitu normalisasi Kali Ciliwung dapat segera terwujud, di mana ada 1,6 km yang belum dinormalisasi. Saat ini sedang pendataan warga dan bangunan yang di bantaran kali dari Dinas SDA. Tahap perencanaan, dan semoga 2027 selesai lah, berharap seperti itu,” kata Suhartono.
Ia menjelaskan, posisi rumah warga yang sejajar dengan Kali Ciliwung membuat banjir sulit dihindari jika air meluap.
“Kalau air meluap, mau enggak mau akan masuk ke jalan dan perumahan rumah-rumah yang ada di pinggir Kali Ciliwung,” ucapnya.

Meski sudah berangsur surut, namun banjir masih menggenangi kawasan Jakarta Timur. Berikut daftar 42 RT di Jakarta Timur yang masih terdampak banjir:
- Kelurahan Bidara Cina
Jumlah: 14 RT
Ketinggian: 80 hingga 130 cm
- Kelurahan Cipinang Muara
Jumlah: 2 RT
Ketinggian: 40 hingga 50 cm
- Kelurahan Kampung Melayu
Jumlah: 4 RT
Ketinggian: 80 cm
- Kelurahan Cawang
Jumlah: 7 RT
Ketinggian: 80 cm
- Kelurahan Cipinang Melayu
Jumlah: 15 RT
Ketinggian: 150 cm