Dalam dunia bisnis, keuntungan besar di atas kertas belum tentu menjamin keberlangsungan usaha.
Arus kas atau cashflow jadi kunci yang menentukan apakah sebuah bisnis bisa bertahan hidup atau justru terseok di tengah jalan. Tanpa cash yang cukup untuk membayar supplier, gaji karyawan, atau biaya operasional, bisnis bisa lumpuh meski tampak untung.
Fenomena ini bukan sekadar teori. Banyak UMKM yang menghadapi dilema serupa: invoice baru cair dua hingga empat bulan kemudian, sementara kewajiban sudah menunggu di depan mata. Untungnya, kini hadir solusi nyata dari Pasar Digital (PaDi) UMKM milik Telkom Indonesia yang mampu menjawab persoalan klasik ini.
Sebagai contoh, sebuah toko pakaian kecil yang mencatat keuntungan Rp 50 juta per bulan. Angka ini terdengar menjanjikan, tapi nyatanya tak berarti banyak jika pembayaran pelanggan baru masuk dua bulan kemudian. Sedangkan, supplier menagih dalam 30 hari.
Tanpa arus kas sehat, keuntungan tersebut justru menjebak pemilik usaha dalam pusaran utang atau keterlambatan operasional.
Situasi serupa dialami sektor Event Organizer (EO). Publik hanya melihat gemerlap panggung dan kelancaran acara, tetapi di balik layar, ada ongkos besar yang harus dibayar sejak awal. Dari sewa venue, vendor, logistik, hingga kru. Di sisi lain pembayaran dari klien kerap tertunda.
Hal itu dibenarkan langsung oleh Adi Setya Nugroho, pemilik PT Ziga Kreasi Utama, sebuah EO yang sudah beroperasi 15 tahun.
“Kunci dari event yang mau kita jalankan adalah harus modal di awal. Dan jujur saja, tantangan mungkin bagi semua EO berkaitan dengan pendanaan. Sementara pelunasan dari klien biasanya baru kami terima dua sampai empat bulan setelah event selesai. Bahkan pernah juga di atas lima bulan. Keuangan kami jadi stuck, padahal event lain sudah siap berjalan dan tidak mungkin kami tolak,” ungkap Adi.
Invoice Financing, Game Changer dari PaDi UMKM
Masalah klasik itu kini bisa diatasi lewat fitur Invoice Financing di marketplace PaDi UMKM. Cukup dengan menjaminkan invoice, pelaku usaha bisa mendapatkan pencairan hingga 80 persen dari nilai tagihan.
Adi sudah merasakan langsung manfaatnya. Selama dua tahun ini, ia mengaku terbantu oleh PaDi UMKM berkat berkat Invoice Financing.
“Sejauh ini kami sudah mengajukan sebanyak 15 pembiayaan. Biasanya kami menerima pencairan pinjaman 80 persen dari invoice yang kami ajukan. Jujur, itu sangat membantu dibanding harus pinjam ke pihak ketiga,” ujarnya.
Sebelum mengenal PaDi, Adi sempat mencoba pinjaman berbasis bagi hasil dari pihak ketiga yang memotong margin hingga 10 persen. Pernah pula mengajukan ke lembaga keuangan formal, tapi kandas di kerumitan administrasi.
“Bisa dibilang, dua tahun terakhir ini kami eksis ya berkat PaDi. Invoice Financing dari PaDi benar-benar sangat membantu untuk cashflow kami sehingga operasional bisa tetap berjalan lancar,” tambahnya.