BYD Motor Indonesia mencatatkan penjualan sepanjang Januari hingga Juli 2025 sebanyak 16.427 unit. Artinya, pabrikan yang masuk Indonesia pada Januari 2024 ini berpotensi mencapai angka penjualan hingga lebih dari 35 ribu unit kendaraan hingga akhir periode tahun 2025.
Guna memenuhi jumlah permintaan pasar tersebut, BYD Indonesia akan mulai mengoperasikan pabrik yang berlokasi di Subang, Jawa Barat mulai awal tahun 2026 mendatang.
Head of Public Relations & Government BYD Motor Indonesia, Luther Panjaitan memastikan bahwa kapasitas produksi maksimal yang dapat diakomodir pabrik tersebut, melampaui jumlah penjualan yang ditaksir hingga akhir periode 2025 ini.
”Sebetulnya pabrik yang kami bangun ini kapasitas per tahunnya full sekitar 150 ribu unit. Berarti per bulan itu sekitar 11 ribu,” ucap Luther di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Namun, Luther masih berharap di tahun depan bisa mencapai penjualan setara atau lebih dari tahun ini. “Kalau ditanya sanggup, pabriknya sanggup. Tinggal mudah-mudahan kami bisa jual segitu,” imbuhnya.
Ragam produk BYD yang ditawarkan saat ini seluruhnya masih diimpor secara utuh alias Completely Built Up (CBU) dari China. Namun, mulai tahun depan pabrik BYD di Subang, Jawa Barat akan mulai beroperasi.
Berkaitan dengan perkembangan pabrik terbaru, Luther belum memberikan informasi terkait proses pembangunan pabrik. Ia hanya mengungkap pembangunan sesuai rencana awal.
”So far on track, target mulai operasi masih sesuai dengan komitmen dari pemerintah. Tidak ada perubahan,” ujarnya.
Sebelumnya, BYD menargetkan akan memulai produksi pada awal tahun 2026 di pabrik yang masuk di kawasan industri Subang Smartpolitan, Jawa Barat.
Lebih lanjut mengenai pabrik, BYD Atto 1 nampaknya akan menjadi model baru sebagai tulang punggung BYD di Indonesia, lantaran harganya masuk ke segmen Low Cost Green Car (LCGC) yang lebih terjangkau.
Sehingga, tidak menutup kemungkinan Atto 1 bisa berpotensi menjadi produk pertama yang melenggang dari pabrik BYD di Subang.
“Demand-nya mungkin akan banyak, kami belum bisa sampaikan pastinya. Tapi memang kami upayakan untuk mengoptimalkan fasilitas produksi. Kalau nanti dia (BYD Atto 1) punya basis volume yang besar di satu domestic market (misal Indonesia), secara bisnis dia harus diproduksi di tempat yang sama,” tandasnya.