Di balik sebuah gerbang rumah warga di Jalan Cikoko Barat Dalam III, Pancoran, Jakarta Selatan, terdapat kandang sapi milik Burhan (44). Kandang sederhana itu menampung 35 ekor sapi yang didatangkan dari Kebumen, Boyolali, dan Kediri.
Sore itu, Selasa (19/8), pekerja terlihat sibuk memandikan sapi, memberi makan, sekaligus membersihkan kotorannya. Namun, dari limbah kotoran itulah energi baru terbarukan lahir dan kini menghidupi dapur warga sekitar.
Burhan menjelaskan, kotoran sapi dialirkan melalui saluran ke dalam dua tungku biodigester berwarna biru bergambar sapi yang terletak tak jauh dari kandangnya. Di sana, proses fermentasi berlangsung alami hingga menghasilkan gas.
“Ya, prosesnya itu dari biodigester, kita tinggal mandiin sapinya itu kan. Sama kotor-kotorannya nanti saluran airnya itu masuk ke biodigester lubang inlet,” jelas Burhan kepada kumparan.
“Dari lubang inlet itu masuk ke biodigester. Nah, kalau fermentasinya itu dia otomatis sendiri jadi gas,” lanjutnya.
Gas hasil olahan itu kemudian disalurkan ke kompor-kompor warga. Tidak hanya untuk konsumsi pribadi, tetapi juga dimanfaatkan oleh sekitar 20 rumah di lingkungan sekitar.
“Kalau untuk sementara ini kan cuma dimanfaatin untuk gas aja. Untuk kompor. Iya ke warga-warga,” ujarnya.
Manfaat biogas ini terasa nyata bagi masyarakat. Sejak menggunakan itu, mereka tak lagi bergantung pada Liquified Petroleum Gas (LPG).
“Ya sangat ngebantu sih harusnya dia beli gas LPG kan. Sampai sekarang ini dia nggak pakai gas LPG,” ucap Burhan.
Kapasitas setiap tungku biodigester mencapai 16 kubik. Dari instalasi itu, Burhan menyebut ada 27 tungku kompor yang berfungsi. Meski begitu, kendala tetap ada.
“Warganya kadang-kadang tungkunya itu kompornya ada yang mampet. Karena dia nggak tahu pengertian apa untuk pembersihan itu nya tuh. Dua minggu sekali itu harus rutin,” katanya.
Bagi Burhan, perawatan menjadi tantangan tersendiri. Setiap hari sebelum bekerja, ia harus mengecek saluran masuk biodigester agar tak tersumbat limbah padat.
“Tantangannya ya itu. Perawatannya aja sih. Agak ribet ya. Jadi kita sebelum kerja itu kita harus kontrol dari inletnya itu gitu,” ungkapnya.
Pembuatan biodigester ini sendiri tidak sepenuhnya ditanggung oleh Burhan. Ia mengaku mendapat bantuan pendanaan dari Baznas dengan dukungan pemerintah.