Bahlil mengatakan ekosistem baterai kendaraan listrik merupakan bagian dari hilirisasi yang merupakan program prioritas pemerintah. Kementerian ESDM, kata doa, akan mempercepat penguatan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia. Adapun bahan baku mineral pembuatan baterai EV yakni nikel, cobalt, mangan dan litium,ujar dia.
"Salah satu negara yang kita akan melakukan kerja sama itu adalah Australia. Selama ini kan kita bawa dari beberapa negara di Afrika. Nah memang secara ekonomis akan jauh lebih ekonomis dari Australia karena biaya transportasinya," kata Bahlil seperti dikutip dari Antara, Selasa (6/8).
Menurut Bahlil, beberapa pengusaha Indonesia sudah menambang litium di Australia. Namun dirinya belum mengetahui besaran volumenya.
"Saya belum tahu volumenya berapa, karena saya bukan pengusahanya," katanya.
Sementara itu, Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional menyatakan Indonesia menargetkan tidak hanya menjadi pasar ekosistem EV, melainkan menyasar menjadi produsen mobil listrik secara menyeluruh yang terbuat dari komponen dalam negeri.
Wakil Koordinator Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional, Dimas Muhamad, sebelumnya mengatakan untuk dapat membuat mobil listrik, pemerintah sudah melakukan beberapa upaya, yakni penguatan pasar mobil listrik agar menciptakan rantai pasok industri, serta membangun industri baterai kendaraan listrik.
Untuk tahap membangun industri baterai kendaraan listrik, Dimas mengatakan Indonesia perlu berkolaborasi dengan investor asing yang memiliki kapabilitas teknologi.
"Di tahap ini kita memastikan bahwa paling tidak ada mitra lokal Indonesia yang bisa menjadi mitra transfer teknologi, transfer 'know how' dari si investor asing tersebut," katanya.