Eskalasi di Timur Tengah semakin meningkat menyusul serangan AS ke Iran sebagai bentuk sokongan kepada sekutu dekatnya, Israel.
Kuwait — dalam hal ini Kementerian Keuangan — mengantisipasi gejolak itu dengan mengaktifkan rencana darurat dan mempersiapkan tempat-tempat penampungan (shelter) sehingga operasional kementerian tetap berjalan.
"Kementerian Keuangan mengaktifkan rencana darurat dan meningkatkan kesiapan untuk memastikan efisiensi kinerja dalam keadaan darurat,” ungkap Kemenkeu Kuwait dalam pernyataan tertulis di akunnya, Senin (23/6).
Kuwait adalah negara kecil nan makmur, dikenal sebagai negara kaya minyak. Negara ini berbatasan dengan Irak, Arab Saudi, dan Teluk Persia.
Adapun rencana darurat yang diaktifkan Kemenkeu Kuwait berisi tiga poin:
"Kementerian Keuangan mengumumkan aktivasi rencana darurat khususnya untuk memastikan keberlanjutan operasional finansial dan layanan dengan efisiensi tinggi untuk menjaga kinerja dalam semua kondisi,” ungkap mereka.
Selain mempersiapkan tempat penampungan/shelter, Kemenkeu juga mengaktifkan sistem keuangan alternatif (Oracle dan GFMIS) sebagai alat alternatif. Mereka juga memungkinkan pekerjaan jarak jauh [work from home/anywhere] melalui lingkungan elektronik yang aman dan program perlindungan khusus.
Mengutip Saudi Gazette, langkah Kuwait tersebut mencerminkan peningkatan kewaspadaan di seluruh Teluk menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump bahwa pasukan Amerika telah melakukan serangan udara 'sangat sukses' di situs nuklir Fordo, Natanz, dan Esfahan milik Iran pada Minggu (22/6) dini hari.