
Setiap tahun, pemerintah menggelontorkan triliunan rupiah dari APBN untuk membiayai berbagai program demi kesejahteraan rakyat. Tahun ini ada program makan bergizi gratis untuk anak-anak sekolah, pembangunan sekolah rakyat, penguatan koperasi desa, hingga berbagai program ketahanan pangan.
Kita sering mendengar berita gembira tentang diluncurkannya program-program itu. Namun, satu hal yang jarang dibahas secara terbuka adalah: apa kabar setelah programnya berjalan? Apakah benar makanannya sudah sampai ke anak-anak? Apakah sekolahnya sudah beroperasi dengan baik? Apakah koperasi desa benar-benar membantu warganya?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu bukan sekadar rasa ingin tahu. Itu adalah bentuk kepedulian kita sebagai warga negara terhadap nasib uang rakyat.
Dana APBN bukan uang dari segelintir orang. Itu uang kita semua — dari pajak yang dibayarkan guru, petani, pedagang, karyawan, hingga pengusaha. Maka, sangat wajar kalau kita bertanya dan ingin tahu: “Uangnya digunakan untuk apa? Sudah berhasil atau belum?”
Mengetahui bagaimana uang negara digunakan bukan semata urusan pemerintah atau auditor negara. Itu juga urusan kita, sebagai warga. Sebab manfaatnya—atau kerugiannya—akan kembali ke kita juga.
Semakin banyak masyarakat yang tahu dan peduli, semakin besar peluang program-program itu berhasil. Sebab, keberhasilan sebuah kebijakan publik tak hanya ditentukan oleh anggaran yang besar, tapi juga oleh partisipasi dan pengawasan masyarakat.

Keberhasilan Itu Tak Selalu Soal Angka
Selama ini, keberhasilan program negara sering dilaporkan lewat angka-angka: berapa miliar rupiah sudah disalurkan, berapa sekolah dibangun, berapa ton bantuan pangan didistribusikan. Tapi angka saja tidak cukup. Yang lebih penting adalah apa dampaknya?
Cerita-cerita seperti inilah yang perlu diangkat. Kisah nyata dampak di lapangan, bukan sekadar laporan teknis.
Kita tidak perlu jadi pejabat atau auditor untuk ikut menjaga kualitas program negara. Kita bisa mulai dari hal sederhana: bertanya, bercerita, dan berbagi.
Kalau Anda seorang guru, Anda bisa mengamati apakah anak-anak menerima makanan bergizi yang layak.
Kalau Anda orang tua, Anda bisa menanyakan langsung ke sekolah tentang program bantuan.
Kalau Anda warga desa, Anda bisa memberi masukan soal bagaimana program pemerintah berjalan di sekitar Anda.
Kini, berbagai saluran informasi dan pelaporan makin terbuka. Media sosial, aplikasi pemerintahan, bahkan grup WhatsApp warga bisa menjadi kanal kontrol sosial yang efektif. Ini soal menjaga bersama agar uang rakyat benar-benar kembali ke rakyat dalam bentuk yang nyata.
Mengubah Cara Kita Melihat APBN

Selama ini, APBN terdengar seperti sesuatu yang jauh — milik ‘pemerintah’ dan urusan ‘negara’. Padahal sesungguhnya, APBN adalah wujud gotong royong nasional: kita semua menyumbang, kita semua berhak tahu, dan kita semua bisa ikut memastikan manfaatnya.
Dengan semangat itu, mari ubah cara pandang kita terhadap anggaran negara. Mari kita lihat bukan hanya seberapa besar uangnya, tapi seberapa besar manfaat yang bisa dirasakan bersama.
Jangan biarkan uang negara hanya berhenti di anggaran dan laporan. Biarkan ia hidup dalam bentuk makanan sehat untuk anak-anak, pendidikan yang berkualitas, perekonomian desa yang tumbuh, dan masa depan yang lebih sejahtera.
Karena ketika kita peduli dan ikut terlibat, kita tidak hanya menjaga uang rakyat. Kita sedang menjaga harapan bangsa.