Liputan6.com, Jakarta Anemia masih menjadi salah satu masalah kesehatan serius yang dihadapi anak-anak Indonesia. Survei Kesehatan Indonesia 2024 mencatat, sebanyak 23,8% anak di bawah usia lima tahun mengalami anemia, mayoritas karena kekurangan zat besi.
Tak berhenti di situ, angka stunting juga masih cukup tinggi yakni 19,8%, jauh dari target pemerintah yang ingin menurunkannya di bawah 14%.
Dua masalah besar ini erat kaitannya dengan nutrisi. Sayangnya, banyak yang tidak terdeteksi sejak awal. Padahal, menurut Dr. Ray Wagiu Basrowi, Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, pencegahan jauh lebih penting dibandingkan menunggu anak masuk dalam suatu kondisi masalah kesehatan.
“Pencegahan adalah investasi penting karena mampu menyelamatkan banyak orang sekaligus menekan biaya kesehatan. Intervensi preventif efektif jika biayanya terjangkau, mencegah perawatan lanjutan yang mahal, dan menjangkau populasi dalam skala besar sehingga dampaknya signifikan,” ujarnya dalam forum Healthcare Innovation Leaders Asia 2025 di Jakarta, 27–28 Agustus lalu.
Salah satu upaya preventif yang dikenalkan Nutricia Sarihusada adalah inovasi Kalkulator Zat Besi. Lewat tujuh pertanyaan sederhana, orangtua bisa mengetahui apakah anak mereka berisiko kekurangan zat besi. Cara ini non-invasif, mudah diakses, dan bisa membantu deteksi dini anemia sebelum terlambat.
“Deteksi dini menjadi kunci pencegahan masalah kesehatan pada anak. Dengan inovasi seperti Iron Calculator, risiko kesehatan anak bisa dikenali lebih cepat sehingga intervensi tepat dapat dilakukan,” tambah Ray.