Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, mengatakan BBM Solar bersubsidi atau Bio Solar yang saat ini beredar memiliki kandungan sulfur tinggi, dan secara perlahan akan digantikan.
Meski demikian, dia menyebut teknis penyaluran BBM rendah sulfur tergantung pada PT Pertamina (Persero), termasuk kepastian apakah produk tersebut bakal langsung menggantikan produk Bio Solar yang saat ini dibanderol Rp 6.800 per liter, atau sebagai produk BBM tambahan.
"Itu teknisnya Pertamina, tapi solar yang sekarang sulfur tinggi bakal secara bertahap digantikan oleh yang lebih ramah lingkungan," ungkapnya saat dihubungi kumparan, Sabtu (10/8).
Dikonfirmasi terpisah, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso enggan membeberkan lebih lanjut terkait rencana peluncuran BBM rendah sulfur ini dan apakah akan menggantikan produk Bio Solar.
"BBM rendah sulfur masih disiapkan. Ditunggu saja," tandasnya.
Sebelumnya, Rachmat Kaimuddin memastikan produk BBM rendah sulfur yang akan disalurkan PT Pertamina (Persero) akan meluncur sebelum pemerintahan Presiden Jokowi rampung.
Dia mengungkapkan tahap pertama peluncuran BBM rendah sulfur yakni berjenis diesel yang paling siap dibandingkan bensin, dan sementara baru di kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya.
"Sebenernya dua-duanya nanti (bensin dan diesel), tapi bertahap kan, karena seluruh Indonesia itu ada beberapa kilang, masing-masing ada yang buat solar ada yang buat bensin, yang sudah paling siap itu di Solar dulu daerah Jakarta dan sekitarnya," tutur Rachmat saat ditemui di Mandarin Oriental Jakarta, Jumat (8/8).
Saat dikonfirmasi terkait harga produk BBM baru tersebut, Rachmat memastikan tidak ada kenaikan harga dan akan menjadi produk bersubsidi. Dengan begitu, produk ini harganya sama dengan produk Bio Solar.
"Harganya tetap, kualitasnya lebih baik, yang saat ini kita design," ungkap Rachmat.
Rachmat menjelaskan alasan mengapa BBM rendah sulfur ini masih disubsidi, sebab BBM bersubsidi paling banyak dikonsumsi masyarakat sehingga pengguna BBM ramah lingkungan bisa mencakup seluruh lapisan masyarakat.
Meski demikian, dia memastikan tidak ada penambahan beban subsidi bagi negara dengan adanya BBM rendah sulfur ini. Sebab, nantinya pemerintah akan kembali memperketat pembelian BBM solar sehingga tidak semua konsumen bisa membelinya.
"Niatnya adalah tidak menambah beban subsidi secara total, jadi akan kita coba buat bagaimana golongan-golongan yang lebih mampu akan kita buat mungkin tidak lagi menjadi pemakai BBM bersubsidi ini, tapi yang anggap kita pantas dan cocok, layak mendapatkan subsidi akan tetap kita jaga," ungkap Rachmat.
R...